ASUHAN
KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Tanggal
masuk pasien di RSHS : 17 November
2015, pukul 16.00 WIB
Tanggal
pasien dioperasi : 17 November 2015, pukul 22.00 WIB
Tanggal
masuk pasien di GICU : 18 November 2015, pukul 09.00 WIB
Tanggal
pengkajian : 21 November 2015, pukul 09.00 WIB
A.
Identitas
Klien
Nama : Tn. D
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Margahayu Kencana A 12/32, RT 03 RW 014 Margahayu , Kecamatan Margahayu
Selatan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
No
Rekam Medis : 0001489867
Identitas
Penanggung Jawab
N a m a : Ny. A
U m u r : 50 tahun
Alamat : Margahayu Kencana A 12/32, RT 03 RW 014 Margahayu , Kecamatan
Margahayu Selatan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Hubungan : Istri
B.
Riwayat
Kesehatan
1.
Keluhan
Utama
Tidak dapat terkaji karena pasien
mengalami penurunan kesadaran
2.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Pada
saat dilakukan pengkajian di GICU, pasien masih mengalami penurunan kesadaran
dengan GCS E2M3Vt , tingkat kesadaran Supor,
TD 140/57 mmHg, MAP= 66,3 mmHg, HR
90 x/menit, RR 12 x/menit, suhu 38,3 ºC, akral hangat secret (+), Saturasi
oksigen 99%, terdapat luka post operasi
pada bagian parietal Sinistra, terpasang TC dengan Ventilator dengan setingan PS
IPL 12, Fi02 45%, PEEP 5, PS 15, NGT,
dower kateter, terpasang CVC.
3.
Alasan
Masuk RSHS
Pasien
ditemukan tidak sadarkan diri sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit di daerah
Cicendo, sebelumnya pasien diduga mengalami kecelakaan tunggal dan pasien
tiding menggunakan helm, pasien mengalami muntah dan perdarahan di telinga
kanan, kemudian pasien dibawa kerumah sakit Cicendo kemudian dirujuk ke Rumah
Sakit Hasan Sadikin..
4.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Istri
pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit apapun
(hipertensi, diabetes mellitus, stroke, penyakit jantung). Pasien juga
dikatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.
5.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Istri
pasien mengatakan dalam riwayat keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit apapun, hanya keluhan ringan seperti flu dan demam.
C.
Pengkajian
Sistem
1.
HEENT
Terdapat luka dikepala. Pupil
isokor simetris kiri dan kanan, reflek cahaya +/+, tidak ada edem periorbital, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik.tidak ada masalah dengan telinga, tidak mengalami
sinusitis, terpasang NGT no 18, dengan kedalaman 21, tidak terpasang OPA pasien
terpasang TC.
2.
Kardiovaskuler
Pasien tidak mengalami gangguan
vaskuler, maupun riwayat koroner, nadi 90 x/menit, TD 140- 150 / 50-65 mmHg.
Saturasi O2 96-99 %
3.
Pernafasan
Tidak terlihat pernafasan cuping
hidung dan tidak ada pemakai otot bantu pernafasan. RR 12 – 18 x / menit,
dengan bantuan alat.
4.
Pencernaan
Pasien tidak mengalami muntah,
bunyi tympani, bising usus 10 x/menit
5.
Genitalia
Terpasang dawel kateter no. 18 dengan
produksi urine 100 – 150 / jam
6.
Musculoskeletal
Pasien edema, pitting edema
dependen +2 di ektremitas atas dan ekstremitas bawah.
7.
Neurologis
Pasien mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS E2M3Vt
8.
Psikiatris
Pasien tidak pernah memiliki
riwayat mengalami gangguan psikiatris
D.
Data
Penunjang
1.
Laboratorium
(21 November 2015)
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Rujukan
|
Satuan
|
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
AGD
PH
PCO2
PO2
HCO3
BEx
Saturasi
Kimia Klinik
Natrium (Na)
Kalsium (K)
Kalsium (Ca)
Klorida (Cl)
|
8.4
26
2.94
15.000
381.000
7.44
32
89
21
-2
97
130
4.0
4.21
95
|
13.5
- 17.5
40
- 52
4,5
- 6,5
4.400
- 11.300
150000
- 450000
7.34
– 7.44
35
– 45
69
-116
22
– 26
-2
- +3
95
– 98
135
– 145
3.6
– 5.5
4.7
– 5.2
98
- 108
|
g/dL
%
juta/uL
/mm3
/mm3
mg/L
mg/L
mEq/L
mEq/L
%
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mEq/L
|
2.
CT
Scan (20 November 2015)
v CT
scan Abdomen,scanning hepar, kantong empedu, lien, pancreas, ginjal kanan dn
kirivesikaurinariaprostat dan rectum tidak tampak kelainan.
v Artherosklerosis
aorta dan arteri iliaka bilateral..
v Tampak
perdarahan intraserebri di daerahsubcortical lobus frontalis kanan yang
disertai edema perifokal.
v Terdapat
hematomastoid kiri.
v Terdapat
cephalhematoma di daerah temporoparietas kiri.
3.
Foto
Thoraks (20 November 2015)
v Foto
asimetris dan kurang inspirasi
v Cor
membesar ke lateral kiri dengan afek tertanan di diagfragma, pinggang jantung
normal.
v Pulmo
: Hili kabur, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak perbercakan dimedial lapang
tengah sampai bawah bilateral.kranialisasi sulit dinilai.Ujung NGT tidak
tervisualisasi, Tampakujung selang CVC setinggi paravetebra thorakal 8 kanan.
v Kesan
: kardiomegali dengan edema paru DD bronkopneumonia bilateral.
E.
Diagnosa
Medis
Post Craniotomy Evakuasi Atas Indikasi severe Head
Injury + ICH Ganglia Basalis + Respiratory Failure
F.
Terapi
No.
|
Nama obat
|
Dosis
|
Rute
|
Waktu
Pemberian
|
1.
|
Fenitoin
|
2 x 100
gram
|
IV
|
11-23
|
2.
|
Paracetamol
|
4 x 1 g
|
IV
|
04-10-16-22
|
3.
|
Amikasin
|
1 x 1,5
g
|
IV
|
11
|
4.
|
Heparin
|
2 x 5000
iu
|
sc
|
11-23
|
5.
|
NaCl 3%
|
1000
cc/24 jam
|
IV
|
continous
|
6.
|
NaCl 0,9%
|
1500
cc/24 jam
|
IV
|
continous
|
II. Analisis
Data
NO
|
TANGGAL
/
JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
21
November 2015
Pukul
10.00 WIB
|
DS
: -
DO
:
v Kesadaran
Suporos
v GCS
E2M3Vt
v Terdapat
sekret di orofaring
v RR=12x/menit
v Saturasi
oksigen 99%
v Retraksi
intercosta (-)
v Terpasang
TC
v Setingan
ventilator PS 5, PEEP 15, FIO2 45%
|
Cedera kepala dan fraktur
↓
Iskemia serebral
↓
Metabolisme anaerob
↓
Penurunan pH
↓
Kerusakan membran sel
↓
Edema serebral
↓
Hipoksia serebral
↓
Penurunan kesadaran
↓
Penurunan refleks batuk
↓
Peningkatan produksi sekret
↓
Ketidakefektifan
Bersihan
Jalan
Nafas
|
Ketidakefektifan Bersihan
Jalan
Nafas
|
NO
|
TANGGAL
/
JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
2.
|
21
November 2015
Pukul
10.00 WIB
|
DS
: -
DO
:
v Pasien
post craniotomy a/i Sever HI
v Kesadaran
Suporos
v Pupil
isokor kanan 3mm, kiri 3 mm
v Edema
palpebrae (+/+)
v Refleks
kornea (+/+) lambat
v TD=140/57
mmHg
v MAP=
66,3 mmHg
v HR=90x/menit,
v RR=12x/menit
v Riwayat
muntah (+)
|
Cedera kepala dan fraktur
↓
Destruksi pembuluh darah
dan parenkim otak
↓
Iskemia serebral
↓
Metabolisme anaerob
↓
Penimbunan asam laktat
↓
Penurunan pH
↓
Intoksikasi sel
↓
Kerusakan membran sel
↓
Kegagalan pompa Na+, K+
↓
Edema serebral
↓
Peningkatan TIK
↓
Ketidakefektifan
Perfusi
Jaringan Serebral
|
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
|
NO
|
TANGGAL
/
JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
3.
|
21
November 2015
Pukul
10.00 WIB
|
DS
:
DO
:
·
Terpasan TC
·
Gurgling (+)
·
Ronchi kasar (+) di seluruh
lapang paru
·
RR: 12x/menit
·
Analisa Gas Darah: pH: 7,44; PCO2:
32 mmHg; PO2: 89 mmHg; BE: -2; Saturasi O2: 97%
·
Hasil chest x-ray : Foto asimetris dan kurang inspirasi, Cor membesar
ke lateral kiri dengan afek tertanan di diagfragma, pinggang jantung normal. Pulmo
: Hili kabur, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak perbercakan dimedial
lapang tengah sampai bawah bilateral.kranialisasi sulit dinilai.Ujung NGT
tidak tervisualisasi, Tampakujung selang CVC setinggi paravetebra thorakal 8
kanan.
·
Kesan : kardiomegali dengan edema
paru DD bronkopneumonia bilateral.
|
Trauma kepala
Ggn saraf pernafasan & otot pernafasan
malfungsi
Peningkatan
permeabilitas membran alveolar kapiler
Gangguan
epitelium alveolar
Penumpukan
cairan alveoli
Edema pulmo
Cairan surfaktan menurun
Gangguan
pengembangan paru (atelektasis)
Kolaps alveoli
Ventilasi-perfusi
tidak seimbang
pH , pCO2 , PO2 , TCO2
Gangguan
pertukaran gas
Gangguan
Pertukaran Gas
|
Gangguan Pertukaran Gas
|
NO
|
TANGGAL
/
JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
4.
|
21
November 2015
Pukul
10.00 WIB
|
DS
: -
DO
:
v Kesadaran
soporus
v Keadaan
umum lemah
v Konjungtiva
anemis
v Telinga
kotor
v Sekret
pada hidung
v Kekuatan
otot 2 pada seluruh ekstremitas
v Hb
8,4 g/dL
v Eritrosit
4,05 juta/uL
v Terdapat
luka post operasi di daerah frontal dan parietal dextra
|
Cedera kepala dan fraktur
↓
Destruksi pembuluh darah
dan parenkim otak
↓
Suplai oksigen dan nutrisi ke serebral menurun
↓
Metabolisme anaerob
↓
Produksi ATP menurun
↓
Ketersediaan energi tidak mencukupi kebutuhan
metabolisme pasien
↓
Kelemahan
↓
Pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
↓
Defisit
Perawatan Diri
|
Defisit
Perawatan Diri
|
NO
|
TANGGAL
/
JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
5.
|
21
November 2015
Pukul
12.00 WIB
|
DS
: -
DO
:
v Hb
8,4 g/dL
v Eritrosit
2,94 juta/uL
v Terpasang NGT cairan produktif keruh kehitaman 200 cc
v Suhu tubuh 38,3oC
v Tekanan darah 140/57 mmHg
v Balance cairan – 340 cc
v Natrium 130 mEq/l
v Kalium 4 mEq/l
v Klorida
(Cl) 95 mEq/l
|
|
Gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit
|
III.
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
3.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler
4.
Defisit perawatan diri berhubungan
dengan ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan pasien
5. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kegagalan
fungsi termoregulasi
6. Gangguan keseimbangan elektrolit
berhubungan
IV. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. D Ruangan
: GICU
Umur : 57 tahun No
RM : 0001489867
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
TTD
|
1.
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1x2 jam diharapkan jalan nafas pasien
efektif dengan kriteria hasil:
1.
Sekret
orofaring berkurang
2.
Tidak
ada suara nafas tambahan
3.
Tidak
ada retraksi intercosta
|
1.
Lakukan
suction dengan durasi 10-15 detik (sebelum suction, berikan FiO2 100% )
2.
Berikan
posisi head up 30%
3.
Pantau
RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas tambahan setiap 1 jam
4.
Berikan
oksigen melalui ventilator dengan settigan
Fi02 45%, PEEP 5, PS 15
|
1.
Suction
bermanfaat untuk menghisap sekret yang menumpuk pada jalan nafas. Pemberian
FiO2 untuk mencegah terjadinya hipoksemia akibat oksigen yang ikut terhisap
saat suction dilakukan
2.
Meningkatkan
ekspansi paru dalam proses ventilasi, meningkatkan venous return sehingga mengurangi edema serebral tanpa menghambat
perfusi arteri serebral
3.
Jalan
nafas yang tidak paten akan menimbulkan peningkatan usaha pernafasan yang
tampak pada gejala takipnea, penurunan SaO2, retraksi (+) dan terbentuknya
suara nafas tambahan
4.
Meningkatkan
masukan oksigen ke paru untuk memenuhi kebutuhan seluler
|
Hendra
|
2.
|
Ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan terjadi perbaikan perfusi serebral pasien dengan kriteria
hasil:
1.
Peningkatan
status kesadaran
2.
GCS>9
3.
Refleks
kornea (+/+)
4.
Refleks
pupil (+/+)
5.
Pupil
isokor
6.
MAP
normal 80-100 mmHg
7.
TD
normal 130-100/70-90 mmHg
8.
Muntah
(-)
|
1.
Pertahankan
posisi head up 30º
2.
Berikan
oksigen melalui ventilator dengan
settigan Fi02 45%, PEEP 5, PS 15
3.
Pantau
tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
4.
Pantau
status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
5.
Pantau
refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
1.
Meningkatkan
venous return sehingga mengurangi
edema serebral tanpa menghambat perfusi arteri serebral
2.
Mengurangi
hipoksemia karena hipoksemia dapat menstimulasi vasodilatasi arteri serebral
yang memperberat edema
3.
TTIK
akan menimbulkan tekanan pada vasomotor yang menstimulasi rangsangan
parasimpatik ke jantung
4.
Identifikasi
kerusakan yang terjadi pada fungsi otak
5.
Respon
pupil diatur oleh nervus cranialis III yang dapat mengidentifikasi fungsi
batang otak. Kesimetrisan ditentukan oleh keseimbangan persarafan simpatis
dan parasimpatis. Respon pupil dan kornea mencerminkan fungsi saraf cranial
optikus dan okulomotorius
|
Hendra
|
3.
|
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler
|
Setelah dilakukan
perawatan 3 x 24 jam,
Menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
jaringan dengan kriteria hasil:
·
Irama napas teratur
·
RR dalam rentang normal
(12-24x/menit
·
Nilai AGD dalam batas normal :
PH=
7,35 - 7,45
PCO2
= 32 - 42 mmHg
PO2
= 80 - 108 mmHg
HCO3
= 22 - 26 mEq/L
TCO2
= 22 - 29 mmol/L
Base
Excess= (-2) ~ (+3)
·
SpO2 dalam rentang
noerubahan rmal (96-100%)
|
1.
Kaji frekuensi pernapasan,
kedalaman, dan kemudahan.
2.
Amati warna kulit, embrane
mukosa, dan kuku, mencatat adanya sianosis perifer atau sianosis sentral
3.
Pantau dan dokumentasikan status
kesadaran, RR, TD, HR, suhu, SpO2 dan penggunaan otot bantu
pernafasan setiap jam
4.
Pantau adanya suara nafas tambahan
seperti gurgling dan ronchi
5.
Lakukan dan pantau hasil
pemeriksaan AGD setiap hari
6.
Kolaborasi pemberian antibiotic
Ceftazidime 3 x 2 gram
|
1. Manifestasi
gangguan pernapasan tergantung pada / dan indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum yang mendasari.
2. Sianosis
dasar kuku dapat mewakili vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam /
menggigil; Namun, sianosis dari telinga, embrane mukosa, dan kulit di sekitar
mulut (“embrane hangat”) merupakan indikasi hipoksemia sistemik
3. Perubahan status kesadaran, tanda-tanda vital, saturasi, dan
penggunaan otot bantu nafas dapat menandakan derajat
hipoksemia
4. Adanya
suara nafas tambahan merupakan indikator adanya masalah pada jalan nafas dan
menentukan kebutuhan terapi selanjutnya
5. AGD dapat menilai kecukupan
pernafasan yang dilakukan dengan kebutuhan oksigen tubuh, menilai
keseimbangan asam basa,serta membantu menentukan kebutuhan terapi.
6. Pemberian antibiotic menekan
proses perkembangan kuman dan bakteri dan memperkecil kemungkinan infeksi
menyebar
|
Hendra
|
4.
|
Defisit
perawatan diri berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan
pasien
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan perawatan
diri pasien terpenuhi dengan kriteria hasil:
1.
Telinga
bersih
2.
Hidung
bersih
3.
Peningkatan
kekuatan otot >2
4.
Konjungtiva
tidak anemis
5.
Hb
normal (13,5-17,5 g/dL)
6.
Eritrosit
normal (4,5-6,5 juta/uL)
7.
Luka
terawat baik dengan balutan bersih
8.
Tidak
terbentuk luka baru
|
·
Mandikan
pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila
pasien tampak kotor
·
Bersihkan
area hidung dan telinga pasien menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor,
lakukan pengulangan sesuai respon pasien
·
Lakukan
perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·
Bersihkan
tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·
Lakukan
latihan rentang gerak pasif setiap hari
·
Kolaborasi
: pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·
Pantau
kekuatan otot, konjungtiva setiap hari
·
Kolaborasi:
pemeriksaan hematologi rutin setiap hari
|
1.
Meningkatkan
kenyamanan, mencegah perkembangan mikroorganisme patogen
2.
Memberikan
rasa nyaman, memperlancar proses pernafasan
3.
Mengidentifikasi
keadaan luka dan mencegah terjadinya
infeksi
4.
Mencegah
kontaminasi silang mikroorganisme kepada pasien
5.
Mempertahankan
fungsi sendi, meningkatkan kekuatan otot
6.
Meningkatkan
bahan baku untuk metabolisme seluler
7.
Intake
nutrisi dan aktivitas yang adekuat akan memperbaiki status regenerasi
jaringan yang tampak pada peningkatan kekuatan otot dan konjungtiva
8.
Kadar
sel darah normal akan membantu penyerapan nutrisi dan distribusi oksigen ke
tingakt seluler sehingga meningkatkan status kesehatan pasien
|
Hendra
|
V.
IMPLEMENTASI
Nama : Tn. D Ruangan
: GICU
Umur : 57 tahun No
RM : 0001489867
HARI/ TGL/
JAM
|
NO
DX
|
IMPLEMENTASI
|
TTD
|
Sabtu,
21/11/2015107.00–14.00
|
1
|
· Melakukan suction selama ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·
Memantau
saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·
Berikan
posisi head up 30%
·
Mengukur
RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas
tambahan setiap 1 jam
|
Hendra
|
2
|
· Memonitor tekanan darah
· mempertahankan posisi head up 30º
· mamantau tanda-tanda vital
klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
· memantau status kesadaran dan
GCS pasien setiap jam
· memantau refleks pupil, ukuran,
kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
3
|
· mempertahankan posisi head up 30º
· mamantau tanda-tanda vital
klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
· memantau status kesadaran dan
GCS pasien setiap jam
· memantau refleks pupil, ukuran,
kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
4
|
·
Mandikan
pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila
pasien tampak kotor
·
Memersihkan
area hidung dan telinga pasien
menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai
respon pasien
·
Melakukan
perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·
Membersihkan
tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·
Melakukan
latihan rentang gerak pasif setiap hari
·
Menkolaborasi
: pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·
Memantau
kekuatan otot, konjungtiva setiap hari
|
Selasa,
24/11/2015107.00–14.00
|
1
|
· Melakukan suction selama ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·
Memantau
saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·
Berikan
posisi head up 30%
·
Mengukur RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas
tambahan setiap 1 jam
|
Hendra
|
2
|
· Memonitor tekanan darah
· mempertahankan posisi head up 30º
· mamantau tanda-tanda vital
klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
· memantau status kesadaran dan
GCS pasien setiap jam
· memantau refleks pupil, ukuran,
kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
3
|
· mempertahankan posisi head up 30º
· mamantau tanda-tanda vital
klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
· memantau status kesadaran dan
GCS pasien setiap jam
· memantau refleks pupil, ukuran,
kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
4
|
·
Mandikan
pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila
pasien tampak kotor
·
Memersihkan
area hidung dan telinga pasien
menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai
respon pasien
·
Melakukan
perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·
Membersihkan
tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·
Melakukan
latihan rentang gerak pasif setiap hari
·
Menkolaborasi
: pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·
Memantau
kekuatan otot, konjungtiva setiap hari
|
Rabu,
25/11/2015
07.00-14.00
|
1
|
· Melakukan suction selama ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·
Memantau
saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·
Berikan
posisi head up 30%
·
Mengukur RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas
tambahan setiap 1 jam
|
Hendra
|
2
|
· Memonitor tekanan darah
· mempertahankan posisi head up 30º
· mamantau tanda-tanda vital
klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
· memantau status kesadaran dan
GCS pasien setiap jam
· memantau refleks pupil, ukuran,
kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
3
|
·
Mandikan
pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila
pasien tampak kotor
·
Memersihkan
area hidung dan telinga pasien
menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai
respon pasien
·
Melakukan
perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·
Membersihkan
tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·
Melakukan
latihan rentang gerak pasif setiap hari
·
Menkolaborasi
: pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·
Memantau
kekuatan otot, konjungtiva setiap hari
|
Kamis,
26/11/2015
14.00-21.00
|
1
|
· Melakukan suction selama ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·
Memantau
saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·
Berikan
posisi head up 30%
·
Mengukur RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas
tambahan setiap 1 jam
|
Hendra
|
2
|
· Memonitor tekanan darah
· mempertahankan posisi head up 30º
· mamantau tanda-tanda vital
klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
· memantau status kesadaran dan
GCS pasien setiap jam
· memantau refleks pupil, ukuran,
kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
|
3
|
·
Mandikan
pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila
pasien tampak kotor
·
Memersihkan
area hidung dan telinga pasien
menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai
respon pasien
·
Melakukan
perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·
Membersihkan
tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·
Melakukan
latihan rentang gerak pasif setiap hari
·
Menkolaborasi
: pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·
Memantau
kekuatan otot, konjungtiva setiap hari
|
VI.
EVALUASI
Nama
: Tn. D Ruangan
: NCCU
Umur : 29 tahun No
RM : 0001492442
Tanggal/Jam
|
No Dx
|
Evaluasi
|
Penanggung Jawab
|
Sabtu,
21 November 2015
14.00
|
1
|
S : -
O :
·
Kesadaran
masih suporos GCS E2M3Vt
·
Secret
sudah berkurang
·
Suara
nafas sudah berkurang
·
Retreaksi
intercosta (-)
A : masalah belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi suction sesuai
kebutuhan pasien (sebelumnya berikan FiO2 80-100%), pantau
produksi sekret, berikan oksigen melalui ventilator)
|
Hendra
|
Sabtu,
21 November 2015
14.00
|
2
|
S : -
O :
·
Kesadaran
suporos GCS E2M3Vt
·
TD
150/53 mmHg
·
Pupil
isokor
·
Reflek
kornea (+)
·
MAP
85 mmHg
A:
Tujuan belum tercapai
P:
Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
Sabtu,
21 November 2015
14.00
|
3
|
S: -
O: RR : 12x/mnt, kulit tampak
pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pemantauan AGD
sesuaikan dengan pemberian terapi oksigen yang dibutuhkan pasien, pemantauan
karakteristik pernafasan, kedalaman dan frekuensi, lakukan auskultasi untuk
mengkaji suara nafas abnormal, pantau tanda-tanda ke arah ALI
|
Hendra
|
Sabtu,
21 November 2015
14.00
|
4
|
S : -
O:
- Telinga
bersih
- Hidung
bersih
- Konjungtiva
anemis
- Luka
operasi bersih
- Nutris
MC 260 kkal
A: masalah tercapa sebagian
P : Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
Selasa,
24 November 2015
14.00
|
1
|
S : -
O :
·
Kesadaran
Suporos GCS E2M4Vt
·
Secret
sudah berkurang
·
Suara
nafas sudah (-)
·
Retreaksi
intercosta (-)
A : masalah tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi suction sesuai
kebutuhan pasien
|
Hendra
|
Selasa,
24 November 2015
14.00
|
2
|
S : -
O :
·
Kesadaran
Suporos GCS E2M4Vt
·
TD
140/57mmHg
·
Pupil
isokor
·
Reflek
kornea (+)
·
MAP
84 mmHg
A:
Tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
Selasa,
24 November 2015
14.00
|
3
|
S: -
O: RR : 16x/mnt, kulit tampak
pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pemantauan AGD
sesuaikan dengan pemberian terapi oksigen yang dibutuhkan pasien, pemantauan
karakteristik pernafasan, kedalaman dan frekuensi, lakukan auskultasi untuk
mengkaji suara nafas abnormal, pantau tanda-tanda ke arah ALI
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
1
|
S : -
O :
·
Kesadaran
Somnolent GCS E4M4Vt
·
Secret
sudah hilang
·
Suara
nafas sudah (-)
·
Pasien
ekstubasi
A : masalah tercapai sebagian
P : intervensi dihentikan
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
2
|
S : -
O :
·
Kesadaran
Somnolent GCS E4M4Vt
·
TD
154/53 mmHg
·
Pupil
isokor
·
Reflek
kornea (+)
·
MAP
86 mmHg
A:
Tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
3
|
S: -
O: RR : 16x/mnt, kulit tampak
pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pemantauan AGD
sesuaikan dengan pemberian terapi oksigen yang dibutuhkan pasien, pemantauan
karakteristik pernafasan, kedalaman dan frekuensi, lakukan auskultasi untuk
mengkaji suara nafas abnormal, pantau tanda-tanda ke arah ALI
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
4
|
S : -
O:
- Telinga
bersih
- Hidung
bersih
- Konjungtiva
anemis
- Luka
operasi bersih
- Nutris
MC 260 kkal
A: masalah tercapa sebagian
P : Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
1
|
S : -
O :
·
Kesadaran
Somnolent GCS E4M4Vt
·
Secret
sudah hilang
·
Suara
nafas sudah (-)
·
Pasien
ekstubasi
A : masalah tercapai sebagian
P : intervensi dihentikan
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
2
|
S : -
O :
·
Kesadaran
Somnolent GCS E4M4Vt
·
TD
147/62 mmhg
·
Pupil
isokor
·
Reflek
kornea (+)
·
MAP
93 mmHg
A:
Tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
Rabu,
25 November 2015
14.00
|
3
|
S : -
O:
- Telinga
bersih
- Hidung
bersih
- Konjungtiva
anemis
- Luka
operasi bersih
- Nutris
MC 260 kkal
A: masalah tercapa sebagian
P : Lanjutkan intervensi
|
Hendra
|
TELAAH
KASUS
Intra Cranial Hematoma (ICH) adalah suatu akumulasi darah akibat trauma yang berada di antara tulang tengkorak bagian dalam dan membran duramater. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Perdarahan ini dapat terjadi akibat adanya fraktur intra kranium yang merusak pembuluh darah. Prognosis pasien dengan ICH pada umumnya baik apabila diterapi secara agresif dan cepat (Price, 2005).
Tn.D telah menjalani post craniotomy evakuasi atas indikasi Intra Cranial Hematoma pada tanggal 17 November 2014, Namun, dalam perkembangan perawatannya, pasien mengalami perburukan kondisi yang semakin memburuk. Hal ini diduga terjadi karena penatalaksanaan yang kurang cepat dan keadaan hiperoksigenasi pada fase akut. Pasien mengalami jatuh dari kendaraan bermotor mengalami kecelakaan tunggal dan sempat menjalani perawatan di rumah sakit Cicendo, namun karena deteksi dini tidak menjangkau gejala spesifik yang dianggap mengancam, pasien akhirnya baru menjalani operasi craniotomy evakuasi di RS Hasan Sadikin. Rentang waktu ±12 jam sebelum operasi merupakan durasi yang cukup panjang yang dapat menyebabkan iskemia pada jaringan serebral. Selain itu, keterlambatan evakuasi perdarahan dapat menyebabkan herniasi pada otak bagian atas dan batang otak sehingga mempengaruhi status kesadaran dan fungsi pernafasan.
Pernafasan (ventilasi) dikendalikan oleh pusat pernafasan di batang otak bagian bawah di area medulla oblongata dan pons. Kedua bagian tersebut memiliki neuron inspirasi dan ekspirasi yang melepaskan muatan yang berbeda yang mengatur pola, kecepatan, dan irama pernafasan. Neuron ini juga menstimulasi motorik yang mempersarafi otot-otot utama pernafasan (diafragma) dan otot-otot aksesorius (interkosta) (Corwin, 2008).
Selain itu, perubahan kadar kimiawi darah pada pasien ini juga diduga turut mempengaruhi kerja pernafasan, didapatkan bahwa pCO2 32 mmHg, dan PO2 89 mmHg. Rendahnya kadar karbondioksida dan tingginya kadar oksigen dalam darah mempengaruhi kerja kemoreseptor pusat dan perifer. Kemoreseptor pusat dirangsang oleh peningkatan kadar karbondioksida dalam darah arteri, sehingga bila kadar CO2 menurun, maka frekuensi dan kedalaman pernapasan juga tidak akan dipacu. Selain itu, kemoreseptor perifer juga berperan karena reseptor ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen (Guyton, 2007).
Bila terdapat penurunan oksigen, peningkatan karbondioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat, begitu pula bila terjadi keadaan yang sebaliknya. Kedua hal tersebutlah yang diduga menjadi faktor predisposisi memburuknya keadaan Tn.D post craniotomy.
Perawatan post operatif merupakan tindakan yang harus diperhatikan perawat. Manajemen post operatif yang tidak baik dapat mengakibatkan penurunan kondisi, meningkatkan mortalitas dan lama hari rawat. Penatalaksanaan meliputi manajemen nyeri, status kesadaran, perawatan luka, pencegahan terjadinya sepsis. Pencegahan demam, pemenuhan nutrisi, dan pencegahan kehilangan elektrolit. Penatalaksanaan post operatif yang dilakukan pada Tn D dinilai sudah tepat. penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri dengan pemberian fentanil dan paracetamol. Fentanil merupakan jenis sedasi, anastesia dan analgetik kuat. Pemberian fentanil dapat mengurangi respon nyeri dengan cara merubah respon nyeri di otak, sehingga tubuh tidak merasakan nyeri. Pemberian paracetamol sebagai antipiretik dan analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri dan mencegah demam dengan cara mempengaruhi prostaglandin dengan memblokade produksi prostaglandin sehingga respon nyeri berkurang. Pemberian fentanil membutuhkan pemantauan yang ketat, hal ini dikarenakan pemberian fentanil dapat mengakibatkan gangguan pada sistem kardiovaskuler dan pernafasan.
Pemenuhan nutrisi post operatif sangat penting hal ini untuk meminimalisir terjadinya respon stres hipermetabolik. Pembedahan pada abdomen dapat mengakibatkan kehilangan 25-30% kehilangan cairan, elektrolit, protein tubuh dan energi basal tubuh. Sehingga dibutuhkan terapi pengganti. Pemberian nutrisi parenteral merupakan tindakan yang tepat untuk menggantikan dan memenuhi kebutuhan nutrisi. Pemberian terapi elektrolit dan protein dapat menggantikan kehilangan yang terjadi akibat tindakan operasi. Pemberian total parenteral nutrisi (TPN) sangat efektif untuk menganti dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien post 0perasi (McKibbin et al, 2003).
Kegagalan pernafasan dapat terjadi pada pasien dengan udem paru, hal ini diakibatkan adanya akumulasi cairan dirongga paru yang mengakibatkan berkurangnya luas total permukaan membran respirasi, sehingga terjadi penurunan difusi paru secara progresif sehingga proses pertukaran gas di alveoli terganggu, sehingga membutuhkan bantuan nafas dari ventilasi mekanik. Pemasangan TC pada pasien belum memiliki bukti yang cukup kuat terhadap proses weaningventilator. Namun pemasangan TC mampu memperbaiki sebagian kecil volume paru dan peningkatan oksigenasi (Wang et al, 2007). Pemasangan TC dapat mengurangi kerja pernafasan dengan meningkatkan mekanisme diagfragma.
Pada kasus Tn D mode ventilator yang diberikan adalah CPAP PS yang merupakan mode ventilator parsial dimana pasien telah memiliki usaha napas yang adekuat.. Adapun kriteria penyapihan yang perlu diperhatikan oleh perawat dan dokter adalah faktor penyebab gagal nafas, stabilitas hemodinamik, status neurologi yang memadai, dengan nilai GCS > 8, dan skor RASS berkisar -2 sampai 0, dengan sedasi minimal, bebas deman, pertukaran gas memadai dengan PaO2 dengan rasio FiO2 > 200, dengan tekanan akkhir ekspirasi positif dari 5 cm H2O, PaCO2 disesuaikan dengan nilai pH darah normal (Conti et al, 2014).
Disusun
oleh : HENDRA HARWADI
PROGRAM
STUDI M.Kep –FIK UNPAD