Sunday, December 27, 2015

Kematian Cinta dalam Rumah Tangga

Istri : pa..minta tolong angkat galon ke dispenser
Suami : iya..(masih tiduran depan tv dengan tangan asik bermain gadget
Beberapa menit kemudian istri balik lagi melihat suami.
Setelah beberapa saat sang suami belum bisa beranjak dari peraduan yang nyaman.
Kemudian sang istri berlalu tanpa sepatah katapun, dia mengambil galon sendiri dan menuangkan ke dispenser. Setelah kejadian itu sang istri belajar mandiri dan tidak terpaku oleh suami.

Adakalanya karena keadaan ataupun pola didik dari orang tua,beberapa wanita menjadi wanita yang mandiri. Entah dari finansial ataupun aktivitas lain. Ketika menjadi seorang istri tidak menunggu dan mengandalkan suami yang memiliki aktivitas tersendiri. Karena seringnya mandiri semua serba beres dan bisa di handle oleh istri maka sang suami merasa 'bangga dan membiarkan ' kemandirian berlangsung terus menerus. Pola aktifitas ini berpengaruh pada pola komunikasi.
Apalagi secara kodratnya wanita memiliki kosakata berpuluh kali lipat dibandingkan pria. Seperti pengalaman sendiri saya memiliki dua saudara laki-laki,dahulu sebelum bisa bebas bercerita dan mereka mampu mengeluarkan kosakata yang lebih,mereka sangat irit dalam mengeluarkan kata

Contoh percakapan
Me : bro...lagi apa?
Bro : makan
Me: makan sama apa? Beli dimana?
Bro : sendok
Me : besok pulang gak? Mama tanya,sms gk dibalas terus telp gak diangkat
Bro:  iya

Itu hanya sekelumit kecil percakapan 'irit' perempuan dan laki-laki. Ketika dalam rumah tangga kemandirian seorang istri didukung komunikasi yang sangat 'irit' dari seorang suami, maka beberapa kasus muncul orang ketiga.
Berawal dari kemandirian seorang istri dan dianggap 'meringankan' beban suami, sang suami merasa senang. Sehingga tanpa disadari karena menganggap biasa dan semua tampak beres dikerjakan sendiri oleh istri, suami terlena. Disisi lain sebenarnya sang istri butuh bantuan dan topangan oleh seorang suami. Ditambah lagi komunikasi yang kurang lancar antara mereka. Setiap kali sang istri tidak memulai pembicaraan sang suamipun tidak tergerak untuk memulai pembicaraan. Meskipun itu hanya pertanyaaan basa basi menanyakan kabar lewat mobile phone.
Naluri wanita adalah mengeluarkan kata kata lebih banyak dibanding pria, ketika dia tidak merasa nyaman meskipun itu pasangan, ada beberapa yangencari penyaluran.
Ada wanita yang menyalurkan 'bakat mengeluarkan kata' itu lewat tulisan, ada yang menyalurkan dengan lebih banyak bersosialisasi dengan kelompok yang sepaham, atau lewat kegiatan positif lainnya. Namun adakalanya yang tidak bisa menyalurkan bakatnya dan hanya dipendam,ditambah lagi pasangan yang tidak memiliki komunikasi kurang bagus maka yang terjadi adalah rasa sensitif yang luar biasa. Masih beruntung wanita tersebut hanya memendam sendiri.

Menurut percakapan dengan beberapa orang, komunikasi yang tidak bagus antara pasangan menimbulkan celah untuk mencari sosok lain yang menurutnya lebih bagus.
Istilah 'rumput tetangga lebih hijau'
Berawal dari berandai andai melihat rumah tangga yang lain, tampak dari luar lebih harmonis dan indah maka pepatah rumput tetangga lebih hijau menjadi pembanding.
-suami orang lain lebih baik daripada suamiku
-istri temenku lebih bagus dibandingkan istriku
-andai mertuaku sebijak dan sedewasa mertua temanku
-andaikan saudaranya sama baiknya dengan saudara temenku.
-ko anakku tidak sepintar anak lain ya

Ketika salah satu sudah mulai membandingkan dengan orang lain maka dia akan mencari sosok yang ideal.
Berawal dari hanya curhatan lewat sosial media, merasa didengarkan dan merasa diperhatikan maka celah itu muncul adanya pihak ketiga
Meskipun berawal dari coba-coba lama lama merasa ketergantungan dan dilindungi maka sedikit demi sedikit terjalin perselingkuhan.
Mengutip dari ust Cahyadi
Ketika merasa kesendirian dan kemandirian lebih nyaman dibandingkan dengan pasangan.
Ketika pada saat pulang suami ingin istirahat dan tidak ingin diganggu oleh suara istri dan kehadiran anak
Namun disaat yang sama,sang istri ingin didengarkan,ingin berbagi cerita dan ingin mendapat perhatian.
Namun keinginan istri tidak pernah dipenuhi, maka dia memilih mandiri,menyelesaikan masalah sendiri, mengurus  kegiatannya sendiri karena suami tidak mau mengerti dan pada akhirnya istri menikmati kesendirian dan kemandirian kendatipun memiliki suami.
Lama kelamaan sudah terbiasa sendiri tidak berpengaruh terhadap kehadiran pasangan, maka kematian cinta yang akan didapatkan.

Tulisan ini berawal dari kisah nyata bahwa kemandirian istri yang dinikmati oleh suami sehingga berujung perceraian.



Wednesday, December 16, 2015

Teriakan itu Masih Terdengar Di Telingaku

Sakiiittt....
Sudaahhh ibu..
Sakittt aku gak mau ditusuk lagi...
Ampun....
Mama tolong....
Allah tolooonggg...


Teriakan itu bukan berada di sebuah sinetron atau drama,coba sesekali anda masuk ke ruangan talassemia bagian tranfusi. Anda akan melihat pemandangan yang memilukan. Berjajar tempat tidur pasien dengam puluhan kantong darah yang digantung di masing-masing tempat tidur pasien. Tidak jauh dari ruangan tersebut terdapat ruangan tindakan yang hanya terdiri beberapa tempat tidur. Ruang tindakan tersebut di peruntukkan untuk memasang akses vena yang digunakan untuk tranfusi. Untuk para balita sudah tergambarkan wajah-wajah cemas dan ketakutan ketika memasuki ruangan tranfusi,bisa dibayangkan ketika memasuki ruangan tindakan para balita sudah teriak dan menangis. Meskipun digendong oleh ibunya, dibawakan mainan dan makanan tetapi tidak mampu mengalihkan trauma mereka. Ketika ditidurkan di atas tempat tidur butuh banyak orang untuk membuat para balita tersebut untuk tenang, dari ibunya yang ikut tiduran diatas tempat tidur, sampai sambil menyusui bagi balita yang menyusui, merelakan tangan dan anggota tubuhnya untuk digigit ketika kesakitan, ada yang memegang tangan dan kaki, belum lagi mendengar tangisan dari temannya, semua itu hanya diperuntukkan agar mereka bisa tranfusi.Kenapa mereka tranfusi? Kita tahu penyakit talassemia itu masalah kelainan darah.
 
Teriakan itu Masih Terdengar Di Telingaku

Dikutip dari www.thalassemia.org, thalasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Jika pasangan suami-istri adalah pembawa gen thalasemia, maka kemungkinan anaknya akan menderita thalasemia sebesar 25%, pembawa gen thalasemia (50%) dan normal (25%).

Penyakit Thalasemia
 
Hemoglobin (Hb) merupakan suatu zat di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh dan memberi warna merah pada eritrosit. Dalam keadaan normal, hemoglobin utama terdiri dari gugus heme dan mempunyai dua rantai alfa (α) dan utama rantai beta (β). Thalasemia terjadi karena kelainan atau perubahan pada gen globin α atau β yang mengatur produksi rantai α atau β . Berkurang atau tidak terbentuk sama sekali rantai globin disebut sebagai Thalassemia. Keadaan ini menyebabkan produksi hemoglobin terganggu dan umur eritrosit memendek. Dalam keadaan normal, umur eritrosit berkisar 120 hari.
Teriakan itu Masih Terdengar Di Telingaku

Masihkan kita bisa tertawa melihat semua itu? Kalau masih bisa tertawa dan tidak pilu  mungkin hati kita yang perlu dievaluasi,seberapa kotor dan sombongnya hati kita tersebut. Ketika aku bertanya kepada orang tua yang mendampingi,jawabannya pelan dan meneteskan air mata sambil berkata " neng, siapa yang mau diberikan ujian seperti ini, semua orang tua menginginkan anaknya sehat sampai dewasa." Ada desah kepasrahan ketika melihat raut wajah sang ibu. Ada wajah penuh harap semua penderitaan anaknya segera berakhir.

Hati siapa yang tidak pilu melihat anak dari usia 10 bulan sampai sekarang usia 5 tahun, rutin tranfusi. Seminggu sekali mesti tranfusi dan itu berarti harus ditusuk jarum untuk memasang set tranfusi. Aku melihat sekilas semua pembuluh darah hampir merata terdapat bekas tusukan. Dari tangan,lengan,kaku,betis paha semuanya ada titik hitam bekas jarum. Aku sekilas menghitung kalau sekarang usianya sudah 5 tahun mulai tranfusi dari 10 bulan berarti 4 tahun x 12 bulan x 4 minggu: 192 kali tusukan. Tidak dibayangkan badan sekecil dan sepolos itu menerima ratusan jarum. Ada wajah ketakutan ketika di pegang oleh beberapa orang, ada sorot kepedihan ketika harus menerima sakitnya tusukan jarum. Dan ada wajah putus asa dan hampa ketika memandangi setetes demi setetes kantong darah yang menggantung di tiang infus. Aku menengok lagi ke sisi lain dalam ruangan itu, tidak berbeda dengan anak-anak yang lain yang menunggu untuk tranfusi,seperti halnya wajah-wajah lelah seorang ibu/bapak mengantarkan dan menunggu anaknya selesai tranfusi.

Ketika mendengar cerita seorang ibu yanng memiliki anak penderita talassemia aku hanya bisa menguatkan dan tidak menganjurkan yang muluk-muluk. Karena tidak semua orang kuat menghadapi kondisi seperti ini, memiliki anak yang ketergantungan tranfusi. Belum lagi ketika dewasa dia mengalai pembengkakan limfa yang merupakan komplikasi dari tranfusi dan efek dari talassemia tersebut. Ketika seseorang mengalami pembengkakan limfa maka dia harus dioperasi dan dipotong limfanya. Kalau tidak akan menggaggu metabolisme tubuh dan mengganggu organ sekitarnya didesak oleh limfa yang semakin membesar.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9)

Sesekali tengoklah ke rumah sakit biar kita selalu ingat bahwa besarnya rasa syukur yang harus kita ucapkan atas nikmat sehat itu. Bolehlah kita berkunjung ke bawah jembatan supaya kita tidak terlalu rakus dengan harta dunia. Dan jangan lupa kita melewati heningnya orang jalanan agar kita tidak terlalu berambisi terhadap kesenangan dunia. Bisa jadi kita lupa bersyukur karena diberikan nikmat sehat yang terus menerus. Boleh jadi kita terlalu sombong karena memiliki istri/ suami yang rupawan dan dicukupkan dari materi. Mungkin kita terlalu berbangga diri mempunyai anak-anak yang cakep, sehat dan pintar sehingga memandang rendah orang lain yang susah memiliki keturunan.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’ Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 14-15)

Monday, December 14, 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.D DENGAN POST CRANIOTOMY EVAKUASI ATAS INDIKASI SEVERE HEAD INJURY + ICH GANGLION BASALIS + RESPIRATIRY FAILURE

ASUHAN KEPERAWATAN

I.          PENGKAJIAN
Tanggal masuk pasien di RSHS         : 17 November 2015, pukul 16.00 WIB
Tanggal pasien dioperasi                    :  17 November 2015, pukul 22.00 WIB
Tanggal masuk pasien di GICU         :  18 November 2015, pukul 09.00 WIB
Tanggal pengkajian                            :  21 November 2015, pukul 09.00 WIB

A.    Identitas Klien
Nama                      : Tn. D
Umur                       : 57 tahun
Jenis Kelamin          : Laki-Laki
Agama                     : Islam
Pekerjaan                 : Swasta
Alamat                     : Margahayu Kencana A 12/32, RT 03 RW 014 Margahayu , Kecamatan Margahayu Selatan,  Kabupaten  Bandung, Jawa Barat
No Rekam Medis    : 0001489867

Identitas Penanggung Jawab
N a m a                     : Ny. A
U m u r                     : 50 tahun
Alamat                     : Margahayu Kencana A 12/32, RT 03 RW 014 Margahayu , Kecamatan Margahayu Selatan,  Kabupaten  Bandung, Jawa Barat
Hubungan                : Istri

B.     Riwayat Kesehatan
1.      Keluhan Utama
Tidak dapat terkaji karena pasien mengalami penurunan kesadaran
2.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian di GICU, pasien masih mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E2M3Vt  , tingkat kesadaran Supor,  TD 140/57 mmHg, MAP= 66,3 mmHg, HR 90 x/menit, RR 12 x/menit, suhu 38,3 ºC, akral hangat secret (+), Saturasi oksigen  99%, terdapat luka post operasi pada bagian parietal Sinistra, terpasang TC dengan Ventilator dengan setingan PS IPL 12, Fi02  45%, PEEP 5, PS 15, NGT, dower kateter, terpasang CVC.  
3.      Alasan Masuk RSHS
Pasien ditemukan tidak sadarkan diri sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit di daerah Cicendo, sebelumnya pasien diduga mengalami kecelakaan tunggal dan pasien tiding menggunakan helm, pasien mengalami muntah dan perdarahan di telinga kanan, kemudian pasien dibawa kerumah sakit Cicendo kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin..  
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Istri pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit apapun (hipertensi, diabetes mellitus, stroke, penyakit jantung). Pasien juga dikatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.
5.      Riwayat Penyakit Keluarga
Istri pasien mengatakan dalam riwayat keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit apapun, hanya keluhan ringan seperti flu dan demam.

C.    Pengkajian Sistem
1.      HEENT
Terdapat luka dikepala. Pupil isokor simetris kiri dan kanan, reflek cahaya +/+, tidak ada edem periorbital, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.tidak ada masalah dengan telinga, tidak mengalami sinusitis, terpasang NGT no 18, dengan kedalaman 21, tidak terpasang OPA pasien terpasang TC.
2.      Kardiovaskuler  
Pasien tidak mengalami gangguan vaskuler, maupun riwayat koroner, nadi 90 x/menit, TD 140- 150 / 50-65 mmHg. Saturasi O2 96-99 %
3.      Pernafasan
Tidak terlihat pernafasan cuping hidung dan tidak ada pemakai otot bantu pernafasan. RR 12 – 18 x / menit, dengan bantuan alat.
4.      Pencernaan  
Pasien tidak mengalami muntah, bunyi tympani, bising usus 10 x/menit
5.      Genitalia
Terpasang dawel kateter no. 18 dengan produksi urine 100 – 150 / jam
6.      Musculoskeletal
Pasien edema, pitting edema dependen +2 di ektremitas atas dan ekstremitas bawah.
7.      Neurologis
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E2M3Vt
8.      Psikiatris
Pasien tidak pernah memiliki riwayat mengalami gangguan psikiatris

D.    Data Penunjang
1.      Laboratorium (21 November 2015)
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Hematologi

Darah lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit


AGD
PH
PCO2
PO2
HCO3
BEx
Saturasi


Kimia Klinik
Natrium (Na)
Kalsium (K)
Kalsium (Ca)
Klorida (Cl)





8.4
26
2.94
15.000
381.000



7.44
32
89
21
-2
97



130
4.0
4.21
95



13.5 - 17.5
40 - 52
4,5 - 6,5
4.400 - 11.300
150000 - 450000



7.34 – 7.44
35 – 45
69 -116
22 – 26
-2 - +3
95 – 98



135 – 145
3.6 – 5.5
4.7 – 5.2
98 - 108



g/dL
%
juta/uL
/mm3
/mm3




mg/L
mg/L
mEq/L
mEq/L
%



mEq/L
mEq/L
mEq/L
mEq/L


2.      CT Scan (20 November 2015)
v CT scan Abdomen,scanning hepar, kantong empedu, lien, pancreas, ginjal kanan dn kirivesikaurinariaprostat dan rectum tidak tampak kelainan.
v Artherosklerosis aorta dan arteri iliaka bilateral..
v Tampak perdarahan intraserebri di daerahsubcortical lobus frontalis kanan yang disertai edema perifokal.
v Terdapat hematomastoid kiri.
v Terdapat cephalhematoma di daerah temporoparietas kiri.

3.      Foto Thoraks (20 November 2015)
v Foto asimetris dan kurang inspirasi
v Cor membesar ke lateral kiri dengan afek tertanan di diagfragma, pinggang jantung normal.
v Pulmo : Hili kabur, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak perbercakan dimedial lapang tengah sampai bawah bilateral.kranialisasi sulit dinilai.Ujung NGT tidak tervisualisasi, Tampakujung selang CVC setinggi paravetebra thorakal 8 kanan.
v Kesan : kardiomegali dengan edema paru DD bronkopneumonia bilateral.

E.     Diagnosa Medis
Post  Craniotomy Evakuasi Atas Indikasi severe Head Injury + ICH Ganglia Basalis + Respiratory Failure

F.     Terapi
No.
Nama obat
Dosis
Rute
Waktu Pemberian
1.
Fenitoin
2 x 100 gram
IV
11-23
2.
Paracetamol
4 x 1 g
IV
04-10-16-22
3.
Amikasin
1 x 1,5 g
IV
11  
4.
Heparin
2 x 5000 iu
sc
11-23
5.
NaCl 3%
1000 cc/24 jam
IV
continous
6.
NaCl 0,9%
1500 cc/24 jam
IV
continous


II.      Analisis Data                                                                                                                                          
NO
TANGGAL /
JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
MASALAH
1.
21 November 2015
Pukul 10.00 WIB
DS : -
DO :
v  Kesadaran Suporos
v  GCS E2M3Vt
v  Terdapat sekret di orofaring
v  RR=12x/menit
v  Saturasi oksigen 99%
v  Retraksi intercosta (-)
v  Terpasang TC
v  Setingan ventilator PS 5, PEEP 15, FIO2 45%

Cedera kepala dan fraktur
Iskemia serebral
Metabolisme anaerob
Penurunan pH
Kerusakan membran sel
Edema serebral
Hipoksia serebral
Penurunan kesadaran
Penurunan refleks batuk
Peningkatan produksi sekret
Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas


Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas
NO
TANGGAL /
JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
MASALAH
2.
21 November 2015
Pukul 10.00 WIB
DS : -
DO :
v  Pasien post craniotomy a/i Sever HI
v  Kesadaran Suporos
v  Pupil isokor kanan 3mm, kiri 3 mm
v  Edema palpebrae (+/+)
v  Refleks kornea (+/+) lambat
v  TD=140/57 mmHg
v  MAP= 66,3 mmHg
v  HR=90x/menit,
v  RR=12x/menit
v  Riwayat muntah (+)

Cedera kepala dan fraktur
Destruksi pembuluh darah
dan parenkim otak
Iskemia serebral
Metabolisme anaerob
Penimbunan asam laktat
Penurunan pH
Intoksikasi sel
Kerusakan membran sel
Kegagalan pompa Na+, K+
Edema serebral
Peningkatan TIK
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Serebral
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral


NO
TANGGAL /
JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
MASALAH
3.
21 November 2015
Pukul 10.00 WIB
DS :
DO :
·         Terpasan TC
·         Gurgling (+)
·         Ronchi kasar (+) di seluruh lapang paru
·         RR: 12x/menit
·         Analisa Gas Darah: pH: 7,44; PCO2: 32 mmHg; PO2: 89 mmHg; BE: -2; Saturasi O2: 97%
·         Hasil chest x-ray : Foto asimetris dan kurang inspirasi, Cor membesar ke lateral kiri dengan afek tertanan di diagfragma, pinggang jantung normal. Pulmo : Hili kabur, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak perbercakan dimedial lapang tengah sampai bawah bilateral.kranialisasi sulit dinilai.Ujung NGT tidak tervisualisasi, Tampakujung selang CVC setinggi paravetebra thorakal 8 kanan.
·         Kesan : kardiomegali dengan edema paru DD bronkopneumonia bilateral.




Trauma kepala
 
Ggn saraf pernafasan & otot pernafasan malfungsi
 
Peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler
 
Gangguan epitelium alveolar
        
Penumpukan cairan alveoli
 

Edema pulmo
 

         Cairan surfaktan menurun
 

Gangguan pengembangan paru (atelektasis)
 

Kolaps alveoli
 

Ventilasi-perfusi tidak seimbang
 

pH   , pCO2   , PO2   , TCO2
 

Gangguan pertukaran gas

Gangguan Pertukaran Gas
Gangguan Pertukaran Gas
NO
TANGGAL /
JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
MASALAH
4.
21 November 2015
Pukul 10.00 WIB
DS : -
DO :
v  Kesadaran soporus
v  Keadaan umum lemah
v  Konjungtiva anemis
v  Telinga kotor
v  Sekret pada hidung
v  Kekuatan otot 2 pada seluruh ekstremitas
v  Hb 8,4 g/dL
v  Eritrosit 4,05 juta/uL
v  Terdapat luka post operasi di daerah frontal dan parietal dextra
Cedera kepala dan fraktur
Destruksi pembuluh darah
dan parenkim otak
Suplai oksigen dan nutrisi ke serebral menurun
Metabolisme anaerob
Produksi ATP menurun
Ketersediaan energi tidak mencukupi kebutuhan
metabolisme pasien
Kelemahan
Pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
Defisit Perawatan Diri



Defisit
Perawatan Diri
NO
TANGGAL /
JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
MASALAH
5.
21 November 2015
Pukul 12.00 WIB
DS : -
DO :
v  Hb 8,4 g/dL
v  Eritrosit 2,94 juta/uL
v  Terpasang NGT cairan produktif keruh kehitaman 200 cc
v  Suhu tubuh 38,3oC
v  Tekanan darah 140/57 mmHg
v  Balance cairan – 340 cc
v  Natrium 130 mEq/l
v  Kalium 4  mEq/l
v  Klorida (Cl) 95 mEq/l



Gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit

III.             Diagnosa Keperawatan
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas
2.    Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
3.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler
4.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan pasien
5.    Kelebihan  volume cairan  berhubungan dengan kegagalan fungsi termoregulasi
6.    Gangguan keseimbangan elektrolit berhubungan

IV. Intervensi Keperawatan
Nama : Tn. D                                                                                                             Ruangan     : GICU
Umur : 57 tahun                                                                                                        No RM        : 0001489867
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
TTD
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x2 jam diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan kriteria hasil:
1.      Sekret orofaring berkurang
2.      Tidak ada suara nafas tambahan
3.      Tidak ada retraksi intercosta


1.      Lakukan suction dengan durasi 10-15 detik (sebelum suction, berikan FiO2 100% )



2.      Berikan posisi head up 30%




3.      Pantau RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas tambahan setiap 1 jam


4.      Berikan oksigen melalui ventilator dengan settigan Fi02  45%, PEEP 5, PS 15
1.      Suction bermanfaat untuk menghisap sekret yang menumpuk pada jalan nafas. Pemberian FiO2 untuk mencegah terjadinya hipoksemia akibat oksigen yang ikut terhisap saat suction dilakukan
2.      Meningkatkan ekspansi paru dalam proses ventilasi, meningkatkan venous return sehingga mengurangi edema serebral tanpa menghambat perfusi arteri serebral
3.      Jalan nafas yang tidak paten akan menimbulkan peningkatan usaha pernafasan yang tampak pada gejala takipnea, penurunan SaO2, retraksi (+) dan terbentuknya suara nafas tambahan
4.      Meningkatkan masukan oksigen ke paru untuk memenuhi kebutuhan seluler

Hendra
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam  diharapkan terjadi perbaikan perfusi serebral pasien dengan kriteria hasil:
1.    Peningkatan status kesadaran
2.    GCS>9
3.    Refleks kornea (+/+)
4.    Refleks pupil (+/+)
5.    Pupil isokor
6.    MAP normal  80-100 mmHg
7.    TD normal 130-100/70-90 mmHg
8.    Muntah (-)
1.      Pertahankan posisi head up 30º


2.      Berikan oksigen melalui ventilator dengan settigan Fi02  45%, PEEP 5, PS 15

3.      Pantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam

4.      Pantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
5.      Pantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam
1.      Meningkatkan venous return sehingga mengurangi edema serebral tanpa menghambat perfusi arteri serebral
2.      Mengurangi hipoksemia karena hipoksemia dapat menstimulasi vasodilatasi arteri serebral yang memperberat edema
3.      TTIK akan menimbulkan tekanan pada vasomotor yang menstimulasi rangsangan parasimpatik ke jantung
4.      Identifikasi kerusakan yang terjadi pada fungsi otak
5.      Respon pupil diatur oleh nervus cranialis III yang dapat mengidentifikasi fungsi batang otak. Kesimetrisan ditentukan oleh keseimbangan persarafan simpatis dan parasimpatis. Respon pupil dan kornea mencerminkan fungsi saraf cranial optikus dan okulomotorius


Hendra
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler
Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam, Menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan kriteria hasil:
·         Irama napas teratur
·         RR dalam rentang normal (12-24x/menit
·         Nilai AGD dalam batas normal :
PH= 7,35 - 7,45
PCO2 = 32 - 42 mmHg
PO2 = 80 - 108 mmHg
HCO3 = 22 - 26 mEq/L
TCO2 = 22 - 29 mmol/L
Base Excess= (-2) ~ (+3)
·         SpO2 dalam rentang noerubahan rmal (96-100%)
1.      Kaji frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kemudahan.
2.      Amati warna kulit, embrane mukosa, dan kuku, mencatat adanya sianosis perifer  atau sianosis sentral
3.      Pantau dan dokumentasikan status kesadaran, RR, TD, HR, suhu, SpO2 dan penggunaan otot bantu pernafasan setiap jam
4.      Pantau adanya suara nafas tambahan seperti gurgling dan ronchi
5.      Lakukan dan pantau hasil pemeriksaan AGD setiap hari
6.      Kolaborasi pemberian antibiotic Ceftazidime 3 x 2 gram
1.     Manifestasi gangguan pernapasan tergantung pada / dan indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum yang mendasari.
2.     Sianosis dasar kuku dapat mewakili vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam / menggigil; Namun, sianosis dari telinga, embrane mukosa, dan kulit di sekitar mulut (“embrane hangat”) merupakan indikasi hipoksemia sistemik
3.     Perubahan status kesadaran, tanda-tanda vital, saturasi, dan penggunaan otot bantu nafas dapat menandakan derajat hipoksemia
4.     Adanya suara nafas tambahan merupakan indikator adanya masalah pada jalan nafas dan menentukan kebutuhan terapi selanjutnya
5.     AGD dapat menilai kecukupan pernafasan yang dilakukan dengan kebutuhan oksigen tubuh, menilai keseimbangan asam basa,serta membantu menentukan kebutuhan terapi.
6.     Pemberian antibiotic menekan proses perkembangan kuman dan bakteri dan memperkecil kemungkinan infeksi menyebar

Hendra
4.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan pasien
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi dengan kriteria hasil:
1.    Telinga bersih
2.    Hidung bersih
3.    Peningkatan kekuatan otot >2
4.    Konjungtiva tidak anemis
5.    Hb normal (13,5-17,5 g/dL)
6.    Eritrosit normal (4,5-6,5 juta/uL)
7.    Luka terawat baik dengan balutan bersih
8.    Tidak terbentuk luka baru
·       Mandikan pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila pasien tampak kotor
·       Bersihkan area hidung dan telinga pasien menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai respon pasien
·       Lakukan perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·       Bersihkan tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·       Lakukan latihan rentang gerak pasif setiap hari
·       Kolaborasi : pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·       Pantau kekuatan otot, konjungtiva setiap hari



·       Kolaborasi: pemeriksaan hematologi rutin setiap hari
1.     Meningkatkan kenyamanan, mencegah perkembangan mikroorganisme patogen

2.     Memberikan rasa nyaman, memperlancar proses pernafasan



3.     Mengidentifikasi keadaan  luka dan mencegah terjadinya infeksi
4.     Mencegah kontaminasi silang mikroorganisme kepada pasien

5.     Mempertahankan fungsi sendi, meningkatkan kekuatan otot
6.     Meningkatkan bahan baku untuk metabolisme seluler
7.     Intake nutrisi dan aktivitas yang adekuat akan memperbaiki status regenerasi jaringan yang tampak pada peningkatan kekuatan otot dan konjungtiva
8.     Kadar sel darah normal akan membantu penyerapan nutrisi dan distribusi oksigen ke tingakt seluler sehingga meningkatkan status kesehatan pasien
Hendra

V.                 IMPLEMENTASI
Nama : Tn. D                                                                                                             Ruangan     : GICU
Umur : 57 tahun                                                                                                        No RM        : 0001489867

HARI/ TGL/
JAM
NO
DX
IMPLEMENTASI
TTD
Sabtu, 21/11/2015107.00–14.00




1
·   Melakukan suction selama  ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·   Memantau saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·   Berikan posisi head  up 30%
·   Mengukur  RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas tambahan setiap 1 jam

Hendra

2
·  Memonitor tekanan darah
·  mempertahankan posisi head up 30º
·  mamantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
·  memantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
·  memantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam

3
·  mempertahankan posisi head up 30º
·  mamantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
·  memantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
·  memantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam

4
·       Mandikan pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila pasien tampak kotor
·       Memersihkan  area hidung dan telinga pasien menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai respon pasien
·       Melakukan perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·       Membersihkan tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·       Melakukan latihan rentang gerak pasif setiap hari
·       Menkolaborasi : pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·       Memantau kekuatan otot, konjungtiva setiap hari

Selasa, 24/11/2015107.00–14.00




1
·   Melakukan suction selama  ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·   Memantau saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·   Berikan posisi head  up 30%
·   Mengukur  RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas tambahan setiap 1 jam

Hendra

2
·  Memonitor tekanan darah
·  mempertahankan posisi head up 30º
·  mamantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
·  memantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
·  memantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam

3
·  mempertahankan posisi head up 30º
·  mamantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
·  memantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
·  memantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam

4
·       Mandikan pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila pasien tampak kotor
·       Memersihkan  area hidung dan telinga pasien menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai respon pasien
·       Melakukan perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·       Membersihkan tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·       Melakukan latihan rentang gerak pasif setiap hari
·       Menkolaborasi : pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·       Memantau kekuatan otot, konjungtiva setiap hari

Rabu, 25/11/2015
07.00-14.00
1
·   Melakukan suction selama  ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·   Memantau saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·   Berikan posisi head  up 30%
·   Mengukur  RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas tambahan setiap 1 jam

Hendra
2
·       Memonitor tekanan darah
·       mempertahankan posisi head up 30º
·       mamantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
·       memantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
·       memantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam

3
·       Mandikan pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila pasien tampak kotor
·       Memersihkan  area hidung dan telinga pasien menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai respon pasien
·       Melakukan perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·       Membersihkan tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·       Melakukan latihan rentang gerak pasif setiap hari
·       Menkolaborasi : pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·       Memantau kekuatan otot, konjungtiva setiap hari

Kamis, 26/11/2015
14.00-21.00
1
·   Melakukan suction selama  ±10 detik dengan 3 kali pengulangan pada oral cavity dan di TC
·   Memantau saturasi oksigen, retraksi, dan suara nafas tambahan
·   Berikan posisi head  up 30%
·   Mengukur  RR, SaO2, retraksi, dan suara nafas tambahan setiap 1 jam

Hendra
2
·       Memonitor tekanan darah
·       mempertahankan posisi head up 30º
·       mamantau tanda-tanda vital klien: HR, MAP, TD, RR, dan suhu setiap jam
·       memantau status kesadaran dan GCS pasien setiap jam
·       memantau refleks pupil, ukuran, kesimetrisan, dan refleks kornea setiap jam

3
·       Mandikan pasien dengan disposable wipes, atau air dan sabun sebanyak 2x/hari atau bila pasien tampak kotor
·       Memersihkan  area hidung dan telinga pasien menggunakan kassa dan air. Bila masih kotor, lakukan pengulangan sesuai respon pasien
·       Melakukan perawatan luka post operasi dengan teknik steril
·       Membersihkan tempat tidur dang anti alat tenun pasien setiap hari
·       Melakukan latihan rentang gerak pasif setiap hari
·       Menkolaborasi : pemberian nutrisi diet cair secara bertahap
·       Memantau kekuatan otot, konjungtiva setiap hari



VI.              EVALUASI
      Nama : Tn. D                                                                                                             Ruangan     : NCCU
Umur : 29 tahun                                                                                                        No RM        : 0001492442
Tanggal/Jam
No Dx
Evaluasi
Penanggung Jawab
Sabtu,
21 November 2015
14.00
1
S  : -
O :
·         Kesadaran masih suporos GCS E2M3Vt
·         Secret sudah berkurang
·         Suara nafas sudah berkurang
·         Retreaksi intercosta (-)
A : masalah belum tercapai
P  : Lanjutkan intervensi suction sesuai kebutuhan pasien (sebelumnya berikan FiO2 80-100%), pantau produksi sekret, berikan oksigen melalui ventilator)
Hendra
Sabtu,
21 November 2015
14.00
2
S : -
O :
·         Kesadaran suporos GCS E2M3Vt
·         TD 150/53 mmHg
·         Pupil isokor
·         Reflek kornea (+)
·         MAP 85 mmHg

A: Tujuan belum tercapai
P: Lanjutkan intervensi
Hendra
Sabtu,
21 November 2015
14.00
3
S: -
O: RR : 12x/mnt, kulit tampak pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P:  Lanjutkan intervensi pemantauan AGD sesuaikan dengan pemberian terapi oksigen yang dibutuhkan pasien, pemantauan karakteristik pernafasan, kedalaman dan frekuensi, lakukan auskultasi untuk mengkaji suara nafas abnormal, pantau tanda-tanda ke arah ALI
Hendra
Sabtu,
21 November 2015
14.00
4
S : -
O:
  • Telinga bersih
  • Hidung bersih
  • Konjungtiva anemis
  • Luka operasi bersih
  • Nutris MC 260 kkal
A: masalah tercapa sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Hendra
Selasa,
24 November 2015
14.00
1
S  : -
O :
·         Kesadaran Suporos GCS  E2M4Vt
·         Secret sudah berkurang
·         Suara nafas sudah (-)
·         Retreaksi intercosta (-)
A : masalah tercapai sebagian
P  : Lanjutkan intervensi suction sesuai kebutuhan pasien 

Hendra
Selasa,
24 November 2015
14.00
2
S : -
O :
·         Kesadaran Suporos GCS  E2M4Vt
·         TD 140/57mmHg
·         Pupil isokor
·         Reflek kornea (+)
·         MAP 84 mmHg
A: Tujuan tercapai sebagian
P: Lanjutkan  intervensi
Hendra
Selasa,
24 November 2015
14.00
3
S: -
O: RR : 16x/mnt, kulit tampak pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P:  Lanjutkan intervensi pemantauan AGD sesuaikan dengan pemberian terapi oksigen yang dibutuhkan pasien, pemantauan karakteristik pernafasan, kedalaman dan frekuensi, lakukan auskultasi untuk mengkaji suara nafas abnormal, pantau tanda-tanda ke arah ALI
Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
1
S  : -
O :
·         Kesadaran Somnolent GCS  E4M4Vt
·         Secret sudah hilang
·         Suara nafas sudah (-)
·         Pasien ekstubasi
A : masalah tercapai sebagian
P  : intervensi dihentikan


Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
2
S : -
O :
·         Kesadaran Somnolent GCS  E4M4Vt
·         TD 154/53 mmHg
·         Pupil isokor
·         Reflek kornea (+)
·         MAP 86 mmHg
A: Tujuan tercapai sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
3
S: -
O: RR : 16x/mnt, kulit tampak pucat, tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P:  Lanjutkan intervensi pemantauan AGD sesuaikan dengan pemberian terapi oksigen yang dibutuhkan pasien, pemantauan karakteristik pernafasan, kedalaman dan frekuensi, lakukan auskultasi untuk mengkaji suara nafas abnormal, pantau tanda-tanda ke arah ALI
Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
4
S : -
O:
  • Telinga bersih
  • Hidung bersih
  • Konjungtiva anemis
  • Luka operasi bersih
  • Nutris MC 260 kkal
A: masalah tercapa sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
1
S  : -
O :
·         Kesadaran Somnolent GCS  E4M4Vt
·         Secret sudah hilang
·         Suara nafas sudah (-)
·         Pasien ekstubasi
A : masalah tercapai sebagian
P  : intervensi dihentikan
Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
2
S : -
O :
·         Kesadaran Somnolent GCS  E4M4Vt
·         TD 147/62 mmhg
·         Pupil isokor
·         Reflek kornea (+)
·         MAP 93 mmHg
A: Tujuan tercapai sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Hendra
Rabu,
25  November 2015
14.00
3
S : -
O:
  • Telinga bersih
  • Hidung bersih
  • Konjungtiva anemis
  • Luka operasi bersih
  • Nutris MC 260 kkal
A: masalah tercapa sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Hendra



TELAAH  KASUS



Intra Cranial Hematoma (ICH) adalah suatu akumulasi darah akibat trauma yang berada di antara tulang tengkorak bagian dalam dan membran duramater. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Perdarahan ini dapat terjadi akibat adanya fraktur intra kranium yang merusak pembuluh darah. Prognosis pasien dengan ICH pada umumnya baik apabila diterapi secara agresif dan cepat (Price, 2005).

Tn.D telah menjalani post craniotomy evakuasi atas indikasi Intra Cranial Hematoma pada tanggal 17 November 2014, Namun, dalam perkembangan perawatannya, pasien mengalami perburukan kondisi yang semakin memburuk. Hal ini diduga terjadi karena penatalaksanaan yang kurang cepat dan keadaan hiperoksigenasi pada fase akut. Pasien mengalami jatuh dari kendaraan bermotor mengalami kecelakaan tunggal dan sempat menjalani perawatan di rumah sakit Cicendo, namun karena deteksi dini tidak menjangkau gejala spesifik yang dianggap mengancam, pasien akhirnya baru menjalani operasi craniotomy evakuasi di RS Hasan Sadikin. Rentang waktu ±12 jam sebelum operasi merupakan durasi yang cukup panjang yang dapat menyebabkan iskemia pada jaringan serebral. Selain itu, keterlambatan evakuasi perdarahan dapat menyebabkan herniasi pada otak bagian atas dan batang otak sehingga mempengaruhi status kesadaran dan fungsi pernafasan.

Pernafasan (ventilasi) dikendalikan oleh pusat pernafasan di batang otak bagian bawah di area medulla oblongata dan pons. Kedua bagian tersebut memiliki neuron inspirasi dan ekspirasi yang melepaskan muatan yang berbeda yang mengatur pola, kecepatan, dan irama pernafasan. Neuron ini juga menstimulasi motorik yang mempersarafi otot-otot utama pernafasan (diafragma) dan otot-otot aksesorius (interkosta) (Corwin, 2008).

Selain itu, perubahan kadar kimiawi darah pada pasien ini juga diduga turut mempengaruhi kerja pernafasan, didapatkan bahwa pCO2 32 mmHg, dan PO2 89 mmHg. Rendahnya kadar karbondioksida dan tingginya kadar oksigen dalam darah mempengaruhi kerja kemoreseptor pusat dan perifer. Kemoreseptor pusat dirangsang oleh peningkatan kadar karbondioksida dalam darah arteri, sehingga bila kadar CO2 menurun, maka frekuensi dan kedalaman pernapasan juga tidak akan dipacu. Selain itu, kemoreseptor perifer juga berperan karena reseptor ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen (Guyton, 2007).

Bila terdapat penurunan oksigen, peningkatan karbondioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat, begitu pula bila terjadi keadaan yang sebaliknya. Kedua hal tersebutlah yang diduga menjadi faktor predisposisi memburuknya keadaan Tn.D post craniotomy.

Perawatan post operatif merupakan tindakan yang harus diperhatikan perawat. Manajemen post operatif yang tidak baik dapat mengakibatkan penurunan kondisi, meningkatkan mortalitas dan lama hari rawat. Penatalaksanaan meliputi manajemen nyeri, status kesadaran, perawatan luka, pencegahan terjadinya sepsis. Pencegahan demam, pemenuhan nutrisi, dan pencegahan kehilangan elektrolit. Penatalaksanaan post operatif yang dilakukan pada Tn D dinilai sudah tepat. penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri dengan pemberian fentanil dan paracetamol. Fentanil merupakan jenis sedasi, anastesia dan analgetik kuat. Pemberian fentanil dapat mengurangi respon nyeri dengan cara merubah respon nyeri di otak, sehingga tubuh tidak merasakan nyeri. Pemberian paracetamol sebagai antipiretik dan analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri dan mencegah demam dengan cara mempengaruhi prostaglandin dengan memblokade produksi prostaglandin sehingga respon nyeri berkurang. Pemberian fentanil membutuhkan pemantauan yang ketat, hal ini dikarenakan pemberian fentanil dapat mengakibatkan gangguan pada sistem kardiovaskuler dan pernafasan.

Pemenuhan nutrisi post operatif sangat penting hal ini untuk meminimalisir terjadinya respon stres hipermetabolik. Pembedahan pada abdomen dapat mengakibatkan kehilangan 25-30% kehilangan cairan, elektrolit, protein tubuh dan energi basal tubuh. Sehingga dibutuhkan terapi pengganti. Pemberian nutrisi parenteral merupakan tindakan yang tepat untuk menggantikan dan memenuhi kebutuhan nutrisi. Pemberian terapi elektrolit dan protein dapat menggantikan kehilangan yang terjadi akibat tindakan operasi. Pemberian total parenteral nutrisi (TPN) sangat efektif untuk menganti dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien post 0perasi (McKibbin et al, 2003).

Kegagalan pernafasan dapat terjadi pada pasien dengan udem paru, hal ini diakibatkan adanya akumulasi cairan dirongga paru yang mengakibatkan berkurangnya luas total permukaan membran respirasi, sehingga terjadi penurunan difusi paru secara progresif sehingga proses pertukaran gas di alveoli terganggu, sehingga membutuhkan bantuan nafas dari ventilasi mekanik. Pemasangan TC pada pasien belum memiliki bukti yang cukup kuat terhadap proses weaningventilator. Namun pemasangan TC mampu memperbaiki sebagian kecil volume paru dan peningkatan oksigenasi (Wang et al, 2007). Pemasangan TC dapat mengurangi kerja pernafasan dengan meningkatkan mekanisme diagfragma.

Pada kasus Tn D mode ventilator yang diberikan adalah CPAP PS yang merupakan mode ventilator parsial dimana pasien telah memiliki usaha napas yang adekuat.. Adapun kriteria penyapihan yang perlu diperhatikan oleh perawat dan dokter adalah faktor penyebab gagal nafas, stabilitas hemodinamik, status neurologi yang memadai, dengan nilai GCS > 8, dan skor RASS berkisar -2 sampai 0, dengan sedasi minimal, bebas deman, pertukaran gas memadai dengan PaO2 dengan rasio FiO2 > 200, dengan tekanan akkhir ekspirasi positif dari 5 cm H2O, PaCO2 disesuaikan dengan nilai pH darah normal (Conti et al, 2014).



Disusun oleh : HENDRA HARWADI
PROGRAM STUDI M.Kep –FIK UNPAD