ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
Ny. Y
DENGAN MYASTHENIA
GRAVIS
DI RUANGAN GICU RSUP
DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
I.
PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :
Ny. Y
Umur :
21 th
Jenis kelamin :
perempuan
Agama : Islam
BB : 40 kg
No. Rekam Medik : 1493199
Tanggal Pengkajian :
24 November 2015
Diagnosa Medik
: Miastenia Gravis
2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan sesak nafas dengan RR 36x/menit,
terpasang NRM 15l/menit, SaO2 90%, diposisikan semifowler.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien masuk rumah sakit tanggal 17 dengan keluhan sesak
nafas disertai lemas diseluruh tubuh. Sebelum masuk rumah sakit hasan sadikit
pernah dibawa rumah saikt daerah sekitar Indramayu tetapi tidak kunjung
membaik. Pada bulan Agustus pasien pernah dirawat di RSHS dengan miastenia
gravis dan kembali pada bulan September yang lalu pasien pdirawat di Hasan
Sadikin dengan operasi tymektomi. Pasien rutin kontrol di RSHS terakhir bulan
Oktober dan mendapatkan mestinon 5x1. Pasien masuk ruang GICU pada tanggal 21
November 2014 dengan keluhan sesak semakin berat disertai batuk yang tidak bisa
mengeluarkan secretnya sendiri.
Riwayat penyakit keluarga :
Kelurga pasien mengatakan tidak ada yang memiliki masalah
atau penyakit yang diderita oleh pasien.
3.
Pengkajian
Sistem
a.
HEENT
Tidak
ada bekas luka dikepala, pupil isokor dengan diameter 3mm, reflek cahaya +/+, tidak
mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami sinusitis, terpasanag NGT no
16, tidak terpasang OPA, terpasang NRM 15l/menit, tidak ada sumbatan jalan
nafas dan tidak terpasang TC.
b.
Kaldiovaskuler
Pasien
tidak mengalami gangguan vaskuler maupun riwayat penyakit koroner, nadi 142x/menit,
TD 128/78mmHg, SaO2 90%.
c.
Pernafasan
Tidak
ada cuping hidung, tidak ada retraksi dinding dada, RR 36x/menit.
d.
Pencernaan
Pasien
tidak mengalami muntah, bunyi tympani, bising usus 10x/menit.
e.
Genitalia
Terpasang
DC no 16 dengan produksi urin 90cc/jam saat dikaji.
f.
Muskuloskeletal
Pasien
mengalami kelemahan otot karena sakit yang diderita.
g.
Neurologis
Tingkat
kesadaran pasien kompos mentis
h.
Psikiatri
Pasien
tidak memiliki riwayat mengalami gangguan psikiatri
- Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
Rujukan
|
Satuan
|
21
November 2015
|
Hematologi
- Haemoglobin
- Hematokrit
- Leukosit
- Eritrosit
- Trombosit
- INR
- APTT
- Fibrinogen
- D
Dimer Kuantitatif
Kimia
Klinik
- Laktat
- Bilirubin
Total
- Bilirubin
Direk
- Bilirubin
Indirect
- Albumin
- SGOT
- SGPT
- Protein Total
- Ureum
- Kreatinin
- GDS
- Natrium
- Kalium
- Klorida
- Kalsium
- Magnesium
Analisa
Gas Darah
pH
PCO2
PO2
HCO3
SaO2
|
13.6
41
17,8rbu
5.15
260rbu
1.02
24.00
236.0
0.3
1.3
0.61
0.22
0.39
4.5
7
5
6.9
29
0.47
120
139
4.3
100
5.03
2.02
7.36
31
98
23
98%
|
11.5-15.5
35-45
4.500-13.500
4.19-5.96
150-450/rbu
0.83-1.36
16.8-36.8
200-400
<0.55
0.7-2.5
s/d 1.0
s/d 0.3
s/d 075
3.5-5.2
<31
<33
6.6-8.7
16-60
0.5-0.9
<140
135-145
3.6-5.5
98-108
4.7-8.2
1.70-2.88
7.34-7.44
35-45
69-116
22-26
95-98
|
mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/L
/mmm3
Detik
mg/dL
mg/dL
mmol/L
mg?dL
mg/dL
mg/dL
g/dL
U/L
U/L
g/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dL
mg/dL
mg/L
mg/L
mEq/L
%
|
b.
Pemeriksaan Thoraks
Tanggal
203November 2015
Kesan:
tidak tampak pneumonia, tidak tampk kardiomegali
- Terapi
No
|
Tanggal
|
Nama therapi
|
Dosis
|
1.
|
24/11/15
|
a.
Paracetamol (k.p)
b.
Proghmin
c.
Methylprednisolone
d.
Cefotaxime
e.
Nebulizer (NaCl
0,9%+combivent)
f.
NAC
g.
Sulfas atrofin
|
3x500mg/infus
50cc/24jam/syringe pump
3x1/p.o
3x1gr/i.v
4-6x/hari
3x200mg
2 cc/jam
|
2.
|
2511/15
|
a.
Paracetamol (k.p)
b.
Proghmin
c.
Methylprednisolone
d.
Cefotaxime
e.
Nebulizer (NaCl
0,9%+combivent)
f.
NAC
g. Sulfas atrofin
|
3x500mg/infus
50cc/24jam/syringe pump
3x1/iv
3x1gr/i.v
4-6x/hari
3x200mg
5 cc/jam
|
3.
|
2611/15
|
h.
Paracetamol (k.p)
i.
Proghmin
j.
Methylprednisolone
k.
Cefotaxime
l.
Nebulizer (NaCl
0,9%+combivent)
m.
NAC
n. Sulfas atrofin
|
3x500mg/infus
50cc/24jam/syringe pump
3x1/iv
3x1gr/i.v
4-6x/hari
3x200mg
5 cc/jam
|
II.
ANALISA
DATA
No
|
Tanggal
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
24/11/15
|
DS : pasien mengatakan sesak nafas
DO
:
-
RR 36x/menit
-
HR 142x/menit
-
Terpasang NRM
15l/menit
-
Batuk tidak
efektif
-
Ada secret
-
|
Kelemahanahan otot pernagasan; faktor metabolik
|
Pola nafas tidak efektif
|
3
|
24/11/15
|
DS : pasien mengatakan susah
untuk menelan sehingga nafsu makan berkurang
DO :
-
Hipersaliva
-
Gangguan menelan
-
Mukosa bibir
pucat
-
BB 40kg
-
Terpasang NGT
|
Gangguan intake yang tidak adekuat
|
Resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Pola
nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernafasan; faktor metabolik
2.
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan intake yang tidak adekuat
IV. RENCANA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernafasan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
-
menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-
Tanda
Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
-
Berikan
alat bantu nafas sesuai kebutuhan
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Kolaborasi
pemberian antikolinesterase
-
Kolaborasi
pemberian kortikosterois sesuai kebutuhan
-
Kolaborasi
pemberian mukolitik
-
Kolaborasi
pelaksanaan plasmapharesis
-
Berikan bronkodilator
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-
Monitor respirasi: frekuensi, kedalaman, kecepatan, irama nafas
-
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
Observasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
-
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
|
3.
|
Resiko nutri kurang dari kebutuhan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
-
Albumin serum
-
Pre albumin serum
-
Hematokrit
-
Hemoglobin
-
Total
iron binding capacity
|
-
Kolaborasi
pemasangan NGT
-
Kaji adanya alergi makanan
-
Kolaborasi
dengan
ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
-
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
-
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
-
Monitor lingkungan selama makan
-
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam makan
-
Monitor turgor
kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
-
Monitor mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nuntrisi
-
Informasikan pada klien
dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
-
Kolaborasi
dengan
dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
-
Atur posisi
semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
|
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/Dx
|
Implementasi
|
TTD
|
24/11/2015
|
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret
dengan batuk
atau suction
-
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
-
Berikan bronkodilator
-
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status O2
- Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
-
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
Observasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
-
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
-
Monitor vital sign
-
Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
-
Ajarkan bagaimana batuk efektif
-
Monitor pola nafas
-
Monitor tingkat
kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
-
Monitor status paru
-
Pelihara jalan nafas
-
Lakukan suction jika diperlukan
-
Cek nasogastrik sebelum makan
-
Hindari makan kalau
residu masih banyak
-
Potong makanan
kecil kecil
-
Haluskan obat sebelumpemberian
-
Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan
-
Kaji adanya alergi makanan
-
Kolaborasi
dengan
ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
-
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
-
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
-
Monitor lingkungan selama makan
-
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam makan
-
Monitor turgor
kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
-
Monitor mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nuntrisi
-
Informasikan pada klien
dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
-
Kolaborasi
dengan
dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
-
Atur posisi
semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
-
|
|
26/11/2015
|
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret
dengan batuk
atau suction
-
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
-
Berikan bronkodilator
-
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status O2
- Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
-
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
Observasi adanya
tanda tanda hipoventilasi
-
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
-
Monitor vital sign
-
Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
-
Ajarkan bagaimana batuk efektif
-
Monitor pola nafas
-
Monitor tingkat
kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
-
Monitor status paru
-
Pelihara jalan nafas
-
Lakukan suction jika diperlukan
-
Cek nasogastrik sebelum makan
-
Hindari makan kalau
residu masih banyak
-
Potong makanan
kecil kecil
-
Haluskan obat sebelumpemberian
-
Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan
-
Kaji adanya alergi makanan
-
Kolaborasi
dengan
ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
-
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
-
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
-
Monitor lingkungan selama makan
-
Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam makan
-
Monitor turgor
kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
-
Monitor mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nuntrisi
-
Informasikan pada klien
dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
-
Kolaborasi
dengan
dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
-
Atur posisi
semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
-
|
VI.
EVALUASI
Tanggal
|
Dx. Kep
|
SOAP
|
26/11/15
|
1
|
S : pasien
mengatakan masih sesak
O : terpasang NRM 10l/menit,
RR 26x/menit, SaO2 98%, posisi semifowler, tidak ada cupping
hidung
A : pola nafas tidak efektif belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
-
Pertahankan
posisi semifowler
-
Monitor kebutuhan
oksigenasi
-
Kolaborasi pemberian bronchodilator
|
2
|
S : pasien
mengatakan masih susah untuk menelan
O : nutrisi
susu 220cc/NGT, BB 40 kg
A : masalah
nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
-
Monitor BB
-
Berikan nutrisi
sesuai kebuuhan
|
|
3
|
S : -
O : tidak
ada reflek batuk, mengalami gangguan menelan, terpasang NGT
A :
masalah resiko aspirasi belum teratasi
P :
lanjutkan intervensi
-
Monitor respon
pasien terhadap pemberian makanan
|
Telaah Kasus
Miastenia
gravis (MG) merupakan gangguan autoimun yang mempengaruhi transmisi
neuromuskuler, yang mengarah ke kelemahan otot dan kelemahan saat melakukan
aktivitas, dimana secara patogeneisis autoantibodi protein dari sambungan
neuromuskular junction yang relevan. Myasthenia gravis paling sering dikaitkan
dengan antibodi terhadap reseptor asetilkolin (AChR) di pasca-sinaptik piring
terakhir. Biasanya terlihat pada wanita muda, dimana melibatkan antibodi
terhadap otot yang lebih spesifik tyrosine kinase/ musk (Wendell & Levine,
2011; Mantegazza, Bonanno, Camera, & Antozzi, 2011).
Dalam kasus Myasthenia Gravis terjadi karena penurunan jumlah
Acetyl Choline Receptor(AChR). Kondisi ini mengakibakan Acetyl Choline(ACh)
yang tetap dilepaskan dalam jumlah normal tidak dapat mengantarkan potensial
aksi menuju membran post-synaptic. Kekurangan reseptor dan kehadiran ACh yang
tetap pada jumlah normal akan mengakibatkan penurunan jumlah serabut saraf yang
diaktifkan oleh impuls tertentu. Pengurangan jumlah AChR ini dipercaya
disebabkan karena proses auto-immun di dalam tubuh yang memproduksi
anti-AChR bodies, yang dapat memblok AChR dan
merusak membran post-synaptic.
Pasien
mendapatkan terapi farmakologi prostigmin 50cc/24jam/syringe pump. Pyridostigmine
merupakan agen antikolinesterase dimana bekerja menonaktifkan kolinesterase,
dimana asetilkolin tidak segera dihancurkan melainkan lebih banyak tersedia di
neuromuskular sehingga pasien mengalami perbaikan kekuatan otot (Nair &
Hunter, 2004).
Metylprednisolone
3x 62,5 mg/i.v yang awalnya mendapatkan terapi per oral kemudian diganti dengan
per i.v sejalan dengan Murai (2015) bahwa terapi pemberian metylprednisolone
jangka panjang pada pasien dengan MG lebih efektif dan ringan terkait reaksi
yang merugikan tetapi tidak bisa diberikan pada awal pengobatan, sehingga pada
awal pengobatan tetap dengan per oral. Dimana merupakan golongaan
kortikosteroid untuk mengurangi jumlah antibodi yang dihasilkan melalui respon
imun, menghambat mekanisme imun dan memulihkan reaksi kimia pada nneuromuskular
(Morton, Fontaine, Hudak, & Gallo, 2013).
Pasien
juga mendapatkan obat N-acetylcysteine 3x200mg/p.o, dimana bersifat mukolitik
membantu mengeluarkan sekret yang berlebih dari produksi parunya pada
kasus-kasus pasien yang tidak bisa mengeluarkan sekret dengan baik. Sediaannya
ada yang lewat oral, injeksi maupun infus (Tse.,H.N, et.al.2013). Sesuai dengan kasus bahwa pasien mengalami produksi
sekret yang berlebih tetapi tidak bisa batuk efektif.
Akumulasi
sekret yang berlebih jika tidak segera ditangani akan menyebabkan resiko
aspirasi, apalagi pada pasien yang mengalami kelemahan otot pernafasan. Melalui
analisa ini, didapatkan penelitian mengenai fisioterapi dada untuk mengeluarkan
sekret. Dijelaskan dalam penelitian bahwa fisioterapi dada ada 3 macam;
fibrasi, perkusi dan perkusi mangkok), dimana dari ketiga tekhnik tersebut yang
paling efektif adalah perkusi mangkok. Tekanan kuat yang diberikan melalui
perkusi telapak membentuk mangkok memperluas lapang alveoli sehingga dapat
meningkatkan segera compliance paru
dan kebutuhan saturasi oksigen setelah dilakukan tindakan perkusi telapak
membentuk mangkok dibandingkan dengan fibrasi dan perkusi biasa (Ruh &
Heitkemper, 2011).
Daftar Pustaka
Mantegazza.,R,
Bonanno.,S, Camera.,G, and Antozzi.,C.2011.Current and emerging therapist for
the treatment of myasthenia gravis. Neuropsychiatric Disease and Treatment.7:
151–160
Morton,
P.G., Fontaine, D., Hudak, C.M., and Gallo, B.M.2013.Keperawatan kritis;
Pendekatan asuhan holistik.Edisi 8: Volume 2. EGC
Murai,H.2015.Japanese
clinical guidlines for myasthenia gravis: Putting into practice.Clinical and
Experiment Neurology.6:21-31.
Nair,V.P
and Hunter, J.M.2004. Anticholinesterases and anticholinergic
drugs.British journal
Suh, M and Heitkemper,M.2011. Chest Physiotherapy on the Respiratory Mechanics and Elimination of Sputum in Paralyzed and
Mechanically Ventilated Patients With Acute Lung Injury: A Pilot Study.Asian
Nursing Research. Vol 5.
Tse.,H.N, et.al.2013. High dose N-acetylcysteine in
stable COPD: the 1-year, double-blind, randomized, placebo-controlled HIACE
study. Chest 144 (1):
106–18
Wendell.,L.C and
Levine., J.M.2011.Myathenia crisis. Hospital of the
University of Pennsylvania, Department.Philadelphia
Laporan
Kasus
Asuhan
Keperawatan pada Ny. Y dengan Myasthenia Gravis
di
Ruang General Intensive Care Unit
Rumah
Sakit Hasan Sadikin
Bandung
Pembimbing: Ayu Prawesti, S.Kp, M. Kep

OLEH
Barkah
Waladani
220120140020
Program Magister Keperawatan
Fakultas
Keperawatan
Universitas
Padjadjaran
Bandung
2015
No comments:
Post a Comment