Sangat miris membaca status fb disamping.Untuk lebih jelasnya aku coba translite ke bahasa indonesia ya kurang lebih begini
" Anjiinggg!!!punya orang tua kaya babi...pikirmu ak ini apa di sama2in sama hewan, tidak ada orang tua yang mendoakan anaknya ga lulus... # mulutmu pacul sekalian nggak takut sama tukang2 mu jangan banyak # ngomong pangkatmu si apa anjing
# aku emosi......anjing..."""

Anakku, mana baktimu? Statemen seperti ini kadang-kadang membangun pemahaman yang tidak berimbang pada orang tua. Kita sebagai orang tua selalu menuntut agar hak agama ini terpenuhi dan bila tidak terpenuhi selalu anak yang disalahkan.
Memang benar, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak dan durhaka kepada orang tua adalah salah satu dosa besar yang terbesar. Tetapi jangan lupa bahwa Islam tidak melihat satu sisi saja lalu melalaikan sisi lain. Islam juga mewajibkan bagi orang tua untuk berbuat baik kepada anak-anaknya, dan juga tidak durhaka kepada mereka.
Seseorang pernah datang kepada Umar bin Al-Khaththab ra dan mengadukan anaknya, “Anakku ini benar-benar telah durhaka kepadaku.”
“Apakah engkau tidak takut kepada Allah dengan durhaka kepada ayahmu, Nak? Karena itu adalah hak orang tua,” kata Umar kepada sang anak.
“Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak atas orang tuanya?”
“Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus, dan mengajarkan Al-Kitab (Al-Quran).”
“Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia menamaiku Ju’al. Dan dia juga tidak mengajarkan Al-Quran kepadaku kecuali satu ayat saja.”
Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. ( Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).
Umar menoleh ke sang ayah dan berkata, “Engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku!.” ( As-Samarqandi, Tahbihul Ghafilin, 130)
Ibnul Qayyim berkata, “Siapa yang mengabaikan edukasi yang bermanfaat untuk anaknya dan membiarkannya begitu saja, maka ia telah melakukan `tindakan terburuk terhadap anaknya itu. Kerusakan anak-anak itu kebanyakan bersumber dari orang tua yang membiarkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah dini kepada mereka. Mereka tidak memperhatikan masalah-masalah agama tersebut saat masih kecil, sehingga saat sudah besar mereka sulit meraih manfaat dari pelajaran agama dan tidak bisa memberikan manfaat bagi orang tua mereka.” (Tuhfatul Maudud, I: 229)
Karena itu, jangan tergesa-gesa mencela anak. Ada banyak hak anak atas orang tuanya. Bila salah satu sisinya diabaikan, lalu anak menjadi bandel, menyimpang, dan keras kepala, ada kemungkinan kita tidak memperhatikan sisi tersebut.
Rasulullah saw bersabda:
ﻭَﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺭَﺍﻉٍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻫْﻞِ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﺭَﺍﻋِﻴَﺔٌ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻴْﺖِ ﺑَﻌْﻠِﻬَﺎ ﻭَﻭَﻟَﺪِﻩِ ﻭَﻫِﻲَ ﻣَﺴْﺌُﻮﻟَﺔٌ ﻋَﻨْﻬُﻢْ
“Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungan jawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungan jawab atas mereka.
Karena kitalah yang berhutang kebahagiaan dari anak kita..
Anak sukses itu adalah ujian. Jangan sampai kita yang sudah diamanahi oleh Alloh menjadi orangtua, merasa ujub, takabur, sombong karena kesuksesan anak kita. Karena sesungguhnya anak sukses adalah karunia dari Alloh Swt. Bersikap tawadhu dan berserahdiri kepada Alloh ketika melihat kesuksesan anak, maka itulah orangtua yang sukses.Sedangkan jika kita ujub, takabur, sombong, maka sesungguhnya kita sedang gagal menyikapi ujian berupa anak.
Anak-anak bisa berprestasi di sekolahnya, tinggi nilai ujiannya, lulus dengan nilai yang mengagumkan, tiada lain adalah karena Alloh mengkaruniakan kepadanya otak dan akal pikiran, kesehatan, dan perlindungan.
Demikian halnya ketika anak tidak sesuai harapan. Mungkin prestasi di sekolahnya yang biasa saja, atau bahkan mungkin sempat tidak naik kelas. Kuliahnya berlarut-larut. Atau secara duniawi pekerjaannya biasa saja dibandingkan teman-temannya yang lain. Ini juga ujian bagi orangtua. Ada orangtua yang malu, minder dan berkeluh kesah melihat anaknya yang demikian. Sampai orangtua lupa bahwa surga tidak identik dengan gelar sarjana, dengan rangking pertama atau dengan jabatan mentereng di kantornya.
Bukankah banyak anak-anak yang hanya lulus SMA, atau kuliah tapi tidak sampai jadi sarjana, namun mereka justru akhirnya mampu menggaji para sarjana. Anak-anak seperti ini banyak jumlahnya.
Maka dari itu, bagi para orangtua hendaknya senantiasa rendah hati, penuh syukur dan tawakal kepada Alloh Swt. menghadapi bagaimanapun kondisi anak-anak kita. Tugas para orangtua adalah merawatnya, membimbingnya, dan mendidiknya sesuai dengan apa yang Rosululloh Saw. ajarkan. Yang terpenting dari anak kita adalah mereka menjadi orang-orang yang beriman kepada Alloh dan cinta kepada rosul-Nya. Inilah prestasi tertinggi bagi sang anak dan orangtuanya
Tidak semua orang diamanahi seorang anak, tidak semua wanita mampu hamil,melahirkan dan menyusui, tidak semua laki- laki mampu menjadi seorang ayah. Namun ketika dewasa kenapa kadang kita sebagai orang tua mengungkit2 semua jasa yg diberikan kita ke anak. Toh oleh Allah kita sudah diberikan pahala yg tidak terkira ketika hamil,melahirkan dan menyusui. Allah pun memperhitungkan tiap tetes keringat seorang ayah ntk nafkah anaknya. Bagaimana bisa kita mengungkit semua bemberian kita ke anak,padahal kita pun mendambakan suara tangisan dan pelukan anak kita.
Biarlah dia tumbuh sesuai masanya. Adakalanya dia mencari kebahagiaan dengan pasangannya.Karena kita sudah mendapatkan kebahagiaan dari senyumannya,dan kita sudah mendapat jaminan syurga dari setiap pahala yg terselip disetiap doanya. Jangan sampai kita merusak kebahagiaan anak kita,dengan rengekan yg memberatkan anak kita. Karena tidak hanya anak yang bisa durhaka,.Orang tua pun bisa durhaka terhadap anaknya.
Semoga keluarga kita bisa berkumpul di JannahNya
No comments:
Post a Comment