Whaduhhh..!!! sebenarnya untuk membuat diary tentang tema ini sangat berat. Karena saya juga masih termasuk manusia labil (tapi bukan abege labil,karena kriteria usia saya sudah melewati usia abege *.* ). Tapi ya sudahlah..namanya juga menulis bertema berat, pasti saya bawakan dari beberapa kutipan buku,tokoh atau sesuatu yang pernah saya baca di media online lain. Dalam hal ini saya hanya berbagi pikiran jangan dikira saya sudah menjadi manusia bijaksana. Saya juga masih manusia biasa ketika mengalami masalah maka mekanisme koping saya tidak langsung pada tahap acceptance. Tapi juga melewati tahap Denial, Anger, Bargaining dan terakhir Acceptance. Dan prosesnya melewati tahap itu sering pula membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Beberapa waktu saya sering diberi kesempatan untuk mendengar masalah orang lain. Selalu dan seringnya diawali dengan kata :
“ kenapa ini terjadi??”,
“mengapa cobaanku begitu berat??
“Andai saja dulu aku tidak melakukannya”
Akhirnya semua hanya bisa dikatakan dengan “ andaikata, andaikan, misal, seandainya..dan sederet kata-kata perumpamaan yang mungkin bisa kita ucapkan. Tapi sayangnya hidup itu bukan seperangkat komputer yang ada deretan backspace/ delete yang ketika kita tidak suka bisa menghilangkan , atau ada program “undo” dimana kita bisa mengulang-ngulang kejadian yang menyenangkan. Tetapi perputaran kehidupan itu seperti arah jarum jam yang selalu mau berputar. Namun jika anda menemukan jarum jam berputarnya terbalik dipastikan itu mesinnya yang rusak. Atau itu jam di dinding kamar kosan saya dulu yang merupakan korban “kreatifitas” saya. Saya bisa membongkar jam itu tetapi tidak bisa memasangkan kembali dengan benar (istilah kerennya “terima bongkar tidak terima pasang “).
Menurut “wejangan” salah satu guru dai terkenal di sini: Semua orang pasti memiliki masalah, besar /kecil dan berat ringan nya masalah tergantung bagaimana menyikapi dan memandang permasalahan tersebut dalam rentang waktu dan tempat yang tepat. Belum tentu orang diberi masalah sama tapi dia persepsinya sama. Contoh kecil : masalah jerawat. Menurut orang yang terbaring di ICU karena operasi kepala ketika ditanya jerawat sama kepala besar dan lebih berharga mana??. Mungkin dipastikan si pasien itu memilih “saya mending berjerawat dibandingkan sakit kepala dan harus operasi”.
Yuukk mari..kita bandingkan ketika seseorang yang mungkin pekerjaannya mengandalkan penampilan tubuh dan style. Ketika berjerawat mungkin akan panik dan jungkir balik menyambangi klinik kecantikan dan dokter kulit untuk menghilangkan si jerawat itu. Bolehlah usaha untuk menghilangkan jerawat di wajahnya tapi tidak usah seperti ABABIL (ABG baru labil) yang galau dan merana gara-gara jerawat, sampai-sampai update status dan galau dijejaring sosial. Padahal otak dan tubuh lain masih berfungsi dangan bagus, kenapa gak menyukuri yang masih normal dan jelas-jelas lebih besar nikmatnya?. Nasihat diatas juga membuat saya “kena bangeettt..!!” ya memang tidak pernah lepas dari masalah si jerawat itu. Tapi ya sudahlah katanya wajah tanpa jerawat itu seperti langit tanpa bintang. Tapi kalo jerawatanya kebanyakan berarti langitnya banyak bintangnya dong !!! (kalo itu silahkan anda jawab sendiri..@.@). Ya sudahlah nandi dipikir sendiri...saya sendiri juga wajahnya sering berjerawat (ehm,..curcoll)
Semua kejadian atau masalah yang menimpa kita pasti sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kita. Seperti judul diary saya kali ini “tiada beban tanpa pundak”. Sebenarnya itu merupakan salah satu judul lagu nasyid. Yup judul itu menjadi top chart most requestnya di salah satu radio religi di kota kembang ..ya karena saya sekarang tinggak dikota kembang dan semoga saya ikutan wangi seperti kembang (apa hubunggannya?? Jawaban saya =“tidak ada !!!)
Memang menimpa masalah dan beban yang menimpa dipundak kita, mengajarkan kita untuk menjadi orang yang lebih bijaksana dan dewasa?? . Saya memberikan tanda tanya pada kalimat sebelumnya, karena hasil dari proses menyikapi masalah tergantung pada diri kita. Hasilnya akan menjadi bijaksana atau sebaliknya J
Rosul tercinta kita dan para sahabat harus mengalami masalah yang bertubi-tubi dengan taruhan nyawa,sehingga mendapat jaminannya masuk syurga. Albert Einstein harus dicap sebagai orang gila karena mengeluarkan teori relativitasnya. Tidak sampai situ pula karena beliau memiliki kebangsaan yahudi, maka hidupnya pun harus morat-marit dan harus melarikan diri karena hidup di zaman Aldolf Hitler yang pada saat itu terkenal dengan rezim Nazi nya. Baru setelah teori itu diaplikasikan membuat bom atom yang digunakan untuk mengebom Hirosima dan Nagasaki barulah semua terperanjat. Namun sayang Sang Albert Einstein bisa menikmati dan mendapat pengakuan setelah beliau mendekati kematian,sehingga teori relativitasnya mendapat acungan jempol dan dipakai di berbagai lintas ilmu. Banyak biografi orang sukses yang menceritakan masalah-masalah yang menimpa beliau sehingga bisa menjadi orang sukses. Jangan ditanya bagaimana mereka suskes, tapi cobalah baca dan pelajari bagaimana beliau bangun dan menghadapi masalah yang pernah menimpa beliau. :P
Kalau saya masih belajar (lagi-lagi belajar) ketika memiliki masalah mencoba untuk look,listen and feel. Jangan salah itu teori yang saya dapatkan ketika kuliah kegawat daruratan atau mengikuti pelatihan Basic life support. Terus apa hubungannya sama masalah?? Ya tidak ada !!! (hehe bercanda). Ketika kita memiliki masalah maka mulai menggunakan look,listen and feel. Saya mencoba belajar untuk menggunakannya. Ketika kita merasakan masalah begitu menghimpit cobalah untuk melihat, mendengar dan mencoba merasakan orang yang lebih susah dari kita. Mungkin lebih susah dari segi ekonomi, sedang dicoba terbaring badannya karena sakit. Yach... lagi-lagi saya (masih) mencoba belajar untuk menggunakannya, karena sering kali ke egoisan saya mengurangi kepekaan terhadap perasaan dan logika untuk menggunakannya.
Saya yakin anda juga memiliki cara tersendiri menyikapi masalah, dan lebih bijaksana untuk menghadapinya. Buktinya mungkin anda salah satu yang saya minta pendapat ketika saya menghadapin masalah. Jadi apapun masalah yang kita dapatkan tidak akan menyalahkan orang lain apalagi yang memberi hidup. Bukankah “ Daun yang jatuh tidak akan pernah membenci angin yang berhembus??” (hwehehe kalo ini judul salah satu novel karya Tere Liye).
Ya sudahlah..saya mengetiknya sudah lumayan. Karena temanya lumayan berat (karena bukan menceritakan kejadian pribadi dan aktivitas saya, maka sedikit menggunkan logika) maka ketika mengetiknya cukup membuat jidat saya mengkerut untuk memikirkannya. Hwheeheh disisi lain kepribadian saya belum sebijaksana yang saya harapkan, dan yang jelas masih butuh banyak belajar. Kalaupunakin anda salah satu orang yang memiliki peranan berinteraksi langsung dengan orang lain (medis, atau pendidikan) saya yakin anda memiliki cerita yang menarik dan menyentuh hati dibandingkan cerita saya. Saya tidak menolak untuk dibagi ceritanya lewat inbook,. siapa tau saya salah satu ceriita itu bisa saya tuliskan kembali supaya bisa diambil manfaatnya. Tentu saja bukan yang bersifat rahasia..:).Mohon maaf kalo ada salah, saya berniat hanya berbagi cerita bukan untuk menasehati.:P
Untuk penutup, sedikit selingan lyrics yang saya kutip dari theme song tulisan ini (dan sesuai pula dengan judul lagu).
Kalau anda ingin mendengarkan, silahkan tinggal cari di mbah google kita.:)
Terasa menyesakkan semua yang telah terjadi
Apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
Kau uji aku...
Sekilas aku rasa tak kuasa
Namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada MU
Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
Karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
Ini yang terbaik bagi hidupku.. semua hanya ujian<p> </p>
Beberapa waktu saya sering diberi kesempatan untuk mendengar masalah orang lain. Selalu dan seringnya diawali dengan kata :
“ kenapa ini terjadi??”,
“mengapa cobaanku begitu berat??
“Andai saja dulu aku tidak melakukannya”
Akhirnya semua hanya bisa dikatakan dengan “ andaikata, andaikan, misal, seandainya..dan sederet kata-kata perumpamaan yang mungkin bisa kita ucapkan. Tapi sayangnya hidup itu bukan seperangkat komputer yang ada deretan backspace/ delete yang ketika kita tidak suka bisa menghilangkan , atau ada program “undo” dimana kita bisa mengulang-ngulang kejadian yang menyenangkan. Tetapi perputaran kehidupan itu seperti arah jarum jam yang selalu mau berputar. Namun jika anda menemukan jarum jam berputarnya terbalik dipastikan itu mesinnya yang rusak. Atau itu jam di dinding kamar kosan saya dulu yang merupakan korban “kreatifitas” saya. Saya bisa membongkar jam itu tetapi tidak bisa memasangkan kembali dengan benar (istilah kerennya “terima bongkar tidak terima pasang “).
Menurut “wejangan” salah satu guru dai terkenal di sini: Semua orang pasti memiliki masalah, besar /kecil dan berat ringan nya masalah tergantung bagaimana menyikapi dan memandang permasalahan tersebut dalam rentang waktu dan tempat yang tepat. Belum tentu orang diberi masalah sama tapi dia persepsinya sama. Contoh kecil : masalah jerawat. Menurut orang yang terbaring di ICU karena operasi kepala ketika ditanya jerawat sama kepala besar dan lebih berharga mana??. Mungkin dipastikan si pasien itu memilih “saya mending berjerawat dibandingkan sakit kepala dan harus operasi”.
Yuukk mari..kita bandingkan ketika seseorang yang mungkin pekerjaannya mengandalkan penampilan tubuh dan style. Ketika berjerawat mungkin akan panik dan jungkir balik menyambangi klinik kecantikan dan dokter kulit untuk menghilangkan si jerawat itu. Bolehlah usaha untuk menghilangkan jerawat di wajahnya tapi tidak usah seperti ABABIL (ABG baru labil) yang galau dan merana gara-gara jerawat, sampai-sampai update status dan galau dijejaring sosial. Padahal otak dan tubuh lain masih berfungsi dangan bagus, kenapa gak menyukuri yang masih normal dan jelas-jelas lebih besar nikmatnya?. Nasihat diatas juga membuat saya “kena bangeettt..!!” ya memang tidak pernah lepas dari masalah si jerawat itu. Tapi ya sudahlah katanya wajah tanpa jerawat itu seperti langit tanpa bintang. Tapi kalo jerawatanya kebanyakan berarti langitnya banyak bintangnya dong !!! (kalo itu silahkan anda jawab sendiri..@.@). Ya sudahlah nandi dipikir sendiri...saya sendiri juga wajahnya sering berjerawat (ehm,..curcoll)
Semua kejadian atau masalah yang menimpa kita pasti sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kita. Seperti judul diary saya kali ini “tiada beban tanpa pundak”. Sebenarnya itu merupakan salah satu judul lagu nasyid. Yup judul itu menjadi top chart most requestnya di salah satu radio religi di kota kembang ..ya karena saya sekarang tinggak dikota kembang dan semoga saya ikutan wangi seperti kembang (apa hubunggannya?? Jawaban saya =“tidak ada !!!)
Memang menimpa masalah dan beban yang menimpa dipundak kita, mengajarkan kita untuk menjadi orang yang lebih bijaksana dan dewasa?? . Saya memberikan tanda tanya pada kalimat sebelumnya, karena hasil dari proses menyikapi masalah tergantung pada diri kita. Hasilnya akan menjadi bijaksana atau sebaliknya J
Rosul tercinta kita dan para sahabat harus mengalami masalah yang bertubi-tubi dengan taruhan nyawa,sehingga mendapat jaminannya masuk syurga. Albert Einstein harus dicap sebagai orang gila karena mengeluarkan teori relativitasnya. Tidak sampai situ pula karena beliau memiliki kebangsaan yahudi, maka hidupnya pun harus morat-marit dan harus melarikan diri karena hidup di zaman Aldolf Hitler yang pada saat itu terkenal dengan rezim Nazi nya. Baru setelah teori itu diaplikasikan membuat bom atom yang digunakan untuk mengebom Hirosima dan Nagasaki barulah semua terperanjat. Namun sayang Sang Albert Einstein bisa menikmati dan mendapat pengakuan setelah beliau mendekati kematian,sehingga teori relativitasnya mendapat acungan jempol dan dipakai di berbagai lintas ilmu. Banyak biografi orang sukses yang menceritakan masalah-masalah yang menimpa beliau sehingga bisa menjadi orang sukses. Jangan ditanya bagaimana mereka suskes, tapi cobalah baca dan pelajari bagaimana beliau bangun dan menghadapi masalah yang pernah menimpa beliau. :P
Kalau saya masih belajar (lagi-lagi belajar) ketika memiliki masalah mencoba untuk look,listen and feel. Jangan salah itu teori yang saya dapatkan ketika kuliah kegawat daruratan atau mengikuti pelatihan Basic life support. Terus apa hubungannya sama masalah?? Ya tidak ada !!! (hehe bercanda). Ketika kita memiliki masalah maka mulai menggunakan look,listen and feel. Saya mencoba belajar untuk menggunakannya. Ketika kita merasakan masalah begitu menghimpit cobalah untuk melihat, mendengar dan mencoba merasakan orang yang lebih susah dari kita. Mungkin lebih susah dari segi ekonomi, sedang dicoba terbaring badannya karena sakit. Yach... lagi-lagi saya (masih) mencoba belajar untuk menggunakannya, karena sering kali ke egoisan saya mengurangi kepekaan terhadap perasaan dan logika untuk menggunakannya.
Saya yakin anda juga memiliki cara tersendiri menyikapi masalah, dan lebih bijaksana untuk menghadapinya. Buktinya mungkin anda salah satu yang saya minta pendapat ketika saya menghadapin masalah. Jadi apapun masalah yang kita dapatkan tidak akan menyalahkan orang lain apalagi yang memberi hidup. Bukankah “ Daun yang jatuh tidak akan pernah membenci angin yang berhembus??” (hwehehe kalo ini judul salah satu novel karya Tere Liye).
Ya sudahlah..saya mengetiknya sudah lumayan. Karena temanya lumayan berat (karena bukan menceritakan kejadian pribadi dan aktivitas saya, maka sedikit menggunkan logika) maka ketika mengetiknya cukup membuat jidat saya mengkerut untuk memikirkannya. Hwheeheh disisi lain kepribadian saya belum sebijaksana yang saya harapkan, dan yang jelas masih butuh banyak belajar. Kalaupunakin anda salah satu orang yang memiliki peranan berinteraksi langsung dengan orang lain (medis, atau pendidikan) saya yakin anda memiliki cerita yang menarik dan menyentuh hati dibandingkan cerita saya. Saya tidak menolak untuk dibagi ceritanya lewat inbook,. siapa tau saya salah satu ceriita itu bisa saya tuliskan kembali supaya bisa diambil manfaatnya. Tentu saja bukan yang bersifat rahasia..:).Mohon maaf kalo ada salah, saya berniat hanya berbagi cerita bukan untuk menasehati.:P
Untuk penutup, sedikit selingan lyrics yang saya kutip dari theme song tulisan ini (dan sesuai pula dengan judul lagu).
Kalau anda ingin mendengarkan, silahkan tinggal cari di mbah google kita.:)
Terasa menyesakkan semua yang telah terjadi
Apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
Kau uji aku...
Sekilas aku rasa tak kuasa
Namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada MU
Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
Karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
Ini yang terbaik bagi hidupku.. semua hanya ujian<p> </p>
No comments:
Post a Comment