Sepotong kisah menemaniku
mendapat hadiah kaki bengkak gara-gara jalan gak bener. Daripada meringis terus
gara-gara kaki terantuk ya sudahlah,
Iseng-iseng menuliskan sesuatu. Dan sembari menunggu baju diputar dimesin cuci.
Beginilah kalau hidup tidak bisa terlepas dengan teknologi. Sedikit-sedikit
tergantung mesin.Mati lampu sedikit saja langsung binggung. Entah karena air
tidak bisa mengalir, mesin cuci cuci tidak bisa berfungsi, atau kepanasan
ganti kipas angin / AC tidak bisa
digunakan.
Seperti kasus yang saya alami, karena efek kemarau yang panjang maka aliran PDAM di komplek perumahan ini dijatah, biasanya waktu subuh dan menjelang tengah malam (sekitar jam 23.00) dan efeknya membuata saya sering mandi satu kali saja, ataupun kalau terpepet pindah ngungsi ‘numpang” mandi di rumah sakit hehehe.
Begitu hebatkah
seorang manusia tergantung dengan teknologi yang (katanya) memudahkan pekerjaan
manusia. Tapi sadar atau tidak saya merasa semakin tergantung dengan
tekhnologi, kadang-kadang menjauhkan rasa syukur saya terhadap sang pencipta. Kadangkala kita merasa bangga dengan
pencipataan tekhnologi mutakhir. Sombong dan lupa bahwa otak dan tangan kita
diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, sehingga kita mampu mencipkakan tekhnologi
tersebut.
Coba saja sontoh
,tiap hari kita barnafas dan jarang ada orang yang menghitung berapa jumlah
udara yang kita hirup. Oksigen kalau perliter dijual Rp 20 ribu,ukuran tabung
10 liter dan hanya bisa dipakai dalam 5 menit , sudah berapa nikmat yang tidak
bisa kita hitung. Eh tunggu dulu jangan kira kita bernafas hanya membutuhkan
oksigen saja, ada komponen lain yang kita hirup salah satunya nitrogen. Dan
harga nitrogen dipasaran sekitar 10 ribu per liter. Masihkan kita mampu
menghitung berapa nikmat yang telah kita terima?Sayangku..itu baru dari bernafas
belum yang lainnya.
Kembali ke teknologi,
teknologi seperti dua sisi mata uang yang
tajam. Berbagai macam produk teknologi mampu memudahkan umat manusia
meenjalankan aktivitasnya. Menembus jarak ruang dan waktu. Produk
telekomunikasi mampu membuat kita melintasi berbagai zona waktu , produk
ineternet mampu membuat kita menjelajah berbagai belahan dunia.
Namun disisi lain menurut penglihatan saya, saya sering miris melihat efek yang tidak diharapkan dari teknologi komunikasi. Sadarkah kita dengan produk komunikasi ini kita menjadi “generasi menunduk”. Hehehe kalau dulu pas jaman ROHIS generasi kita memang diajarkan untuk menjadi ‘generasi menunduk” kalo istilah awamnya GB = Ghodul Bashar alias menjaga pandangan. Jadi daripada mata lirik sana sini untuk melihat sesuatu yang membuat hati berdebar-debar, mendingan menunduk..
Ahh..itu kenangan lama waktu di ROHIS tapi sekarang ROHIS ada yang menganggap cikal bakal teroris, alias tempat kawah candradimuka (mendidik) generasi teroris. Sekejam dan sepicik itukan pikiran kita?? Atau hanya pikiran sempit dan tidak mampu mendapat “point of view” suatu masalah.
Ya sudahlah tiap orang dikaruniai kepala yang berbeda, tentu akan berbeda pula isinya.
Kembali ke generasi menunduk, maksud saya sekarang generasi kita lebih memilih menunduk mengutak-atik segala produk telekomunikasi. Coba lihat saja pas kita di kendaraan umum atau di tempat-tempat umum, banyak orang lebih memilih menunduk memainkan sejumlah produk gadget entah itu BBM, what’s upp, facebook, twitter atau produk cyber lainnya.
Sambil menunggu atau bahkan jalanpun perhatian mereka (dan terkadang saya) lebih memilih ‘mengoprek” aplikasi tersebut, dari pada bertegur sapa dengan teman samping kanan-atau kiri, atau membaca buku meskipun itu hanya sejenis komik. Hei jangan salah komik itu bukan hanya bacaan untuk anak-anak lho, sayapun sampai sekarang masih berburu komik-komik, apalagi kalau di toko buku, pasti mencari sample buku supaya bisa membaca gratis.
Begitulah generasi kita yang super-duper gaul. Bahkan terkadang saya kalah sama anak SD yang sudah bisa memainkan table sudah yang terbaru. Generasi sekarang bahkan saya pun terkadang lebih memilih mengoprek gadget daripada aktivitas fisik. Jadi ingat dulu mainanku adalah lompat tali, kelereng, layang-layang yang membuat sisi fenminimku kurang menonjol. Sekarang?? Semua mainan itu bisa berubah ke dalam bentuk “game” bahkan game membunuh pun sudah ada. Semua yang bersifat motorik dan kognitif sudah mulai berkurang digantikan dengan aktifitas yang mebuat otak pasif. Tidak percaya?? Ya sudahlah saya tidak memaksa..:)
No comments:
Post a Comment