Monday, August 10, 2015

Di Atas Titian Takdir

foto : alurpikir.blogspot.com

Pernahkan anda menginginkan suatu penyakit?
Pernahkah anda mengharapkan terbaring lemah di atas bed pasien? 
Inginkah anda dipasang segala alat penunjang hidup? 
Dan maukan anda jika harus diberikan terapi tiap jam supaya bertahan hidup?
Jawabannya hampir semuanya pasti tidak mau,kecuali ketika anda sudah tidak ingin melihat dunia ini karena sudah putus asa.

Ketika aku menghadapi seseorang yang awalnya terdeteksi hamil,ternyata oleh dokter kebidanan bukan hamil,tetapi tumor ganas yayng bersarang di rahimnya. Maka ibu A ( sebut saja inisialnya A) 

Mari aku jelaskan sedikit kronologinya, ibu A terdiagnosa penyakit tumor ganas naka direncanakan untuk operasi. Tiba lah saatnya untuk operasi dan ternyata tidak berjalan mulus sesuai yang diharapkan.Operasi tersebut ternyata mengakibatkan perdarahan masive,ternyata tumor tersebut membesar dan menyerang di pembuluh darah besar maupun kecil. Setelah operasi otomatis tidak bisa ke ruang perawatan biasa tapi harus ke ruangan intensive.

Katena metabolisme tubuh untuk kompensasi terhadap perdarahan belum bagus maka harus menggunakan alat bantu nafas.

Beberapa hari perawatan di ruang intensive ternyata pengaturan cairan tubuh akibat kompensasi penyebaran tumor tidak bagus,terjadi penumpukan cairan di paru-paru dan juga terkumpul diperut.

Untuk mengeluarkan cairan diperut itu dipasang selang,dan juga terpasang pula selang di perut yg biasanya kita keluarkan terjadwal.

Perawatan dirumah sakit tidak hanya masalah biaya untuk pasien.Mungkin ada beberapa yang di tanggung oleh asuransi baik dari pihak pemerintah maupun swasta.

Tetapi keluarga yang menjadi yanggungan si pasien. Contoh ketika seorang suami di rumah sakit maka yang mengurus dan menunggu adalah istri atau keluarga terdekatnya. Tidak peduli suami yang sakit,rofa hidup tetap berputar dan kebutuhan sehari hari tetap keluar, belum lagi biaya lainnya selama keluarga menunggui yang sakit.

Ada salah satu pasien yang istrinya sakit maka sang suaminya sering bolos kerja dan sering ijin,oleh pihak kantornya dibero surat peringatan.

Bagai buah simalakama sang suami juga binggung karena tidak ada yang menunggu istrinya,sedangkan orang tuanya mengurus anaknya yang mesih dirumah. Sang suamipun akhirnya di pecat karena dengan alasan tidak disiplin.

Bisa dibayangkan tulang punggung kehilangan penghsilan,di sisi lain dia harus tetap mebgeluarkan biaya untuk pengobatan istri dan biaya hidup dia selama mengurus istrinya di rumah sakit.

Pernah suatu ketika aku ngobrol sama sang suami

Aku : " pak maaf ini ada resep yang harus beli diluar, ini todak masuk plafon asuransi pemerintah"

Sang suami : " obat apa itu teh "

Aku : " obat untuk pergerakan usus, kata farmasi lnsyaAllah harganya kurang dari 100ribu

Sang Suami : " saya mending beli pampers untuk istri,dibandingkan beli obat itu. Kasihan istri kalo tidak pake pampers.

(Untuk pasien yang bedrest total dan membutuhkan total care,pampers merupakan salah satu kebutuhan primer,karena pasien BAB di tempat tidur)

Kemudian akupun nelanjutkan pertanyaan lagi

Aku :" pak..bapak menyesal gak dan marah dengan kondisi seperti ini"?

Suami :" saya sudah usaha maksimal, hingga kondisi seperti saat ini. Saya anggap itu merupakan takdir saya.

Katanya rukun iman itu salah satunya pada takdir,ya mungkin jalan takdir saya seperti ini teh...

Greeaaaatttt...saluuttt...

Satu kalimat yang cukup membuat aku tertohok adalah percaya pada takdir setelah kita bertawakal.

Kita merupakan mahluk ciptaan Allah yang memilih jalan Islam sebagai pedoman hidup.Ada rukun iman dan rukun islam yang wajib kita amalkan untuk pembuktian ketahuhidan kita.

Diatas titian takdirlah kita berusaha dan berdoa.....

No comments:

Post a Comment