Wednesday, August 5, 2015

Matahariku

Brrtt..brtt.. 

sms masuk  dari mama “doakan mama-bapak ya,nanti kalau selesai wukuf mama mau telpon pas berdoa ditempat mustajab, kamu nanti mengamini”.

Nyeri..haru..pilu...mungkin itu sedikit dari sekian rasa ketika membaca sms itu. Jadi ingat perkataan mama ketika mengatakan “mama dosanya banyak,bersedekah belum bisa seroyal sahabat nabi,makanya hanya berharap doa anak yang mampu menolong ketika yaumul hisab nanti”.

Padahal saya sendiri  juga belum tentu doanya didengar,karena terlalu banyak dosa. Sering kali komposisi doa saya lebih besar untuk mendoakan diri sendiri dibandingkan mendoakan orang tua. Sedangkan orang tua?? Jangan terbalik dengan kita, mendoakan anak-anaknya lebih besar dibandingkan mendoakan dirinya-sendiri. 

Mama...

Tidak bisa kugambarkan tentang beliau,memang benar madrasah yang paling mujarab dibandingkan sekolah internasional manapun adalah didikan dan teladan seorang ibu. Bahkan ketika kedua adek lelakiku dan sepupu lelaki kutanyakan,ingin seperti apa istrinya kelak ?? jawabnya Cuma satu ‘ingin seperti mama’. Mama adalah seorang guru RA (TK dibawah naungan kementrian agama), beliau bertugas dipelosok pegunungan yang naik sepeda sekitar 45 menit.Kalau naik motor sekitar 30 menit. Mama bertugas di daerah itu dari tahum 1989.

Saya ikut mama di RA sekitar 3 tahun. Dulu perjalanan itu kami tempuh dengan sepeda,sering kali ketika saya mengantuk salah satu kali (pernah keduanya) masuk ke jeruji sepeda. Karena sering kali kena jeruji maka kedua kaki saya diikat ke depan dengan selendang kecil . Tapi dasarnya saya yang gak mau diam,sering kali bandel melepas ikatan itu.Hey..capek diikat kaki selama sekitar 45 menit,makanya saya bandel membuka ikatan itu.
Kemana-mana kalau ada rapat antar kecamatan maka sepeda itulah teman setia kami,kalau hujan saya yang membawakan payung meskipun air hujan itu tetap jatuh membasahi baju kami.

Kanan jalan adalah sungai besar,sebelah kiri adalah dinding gunung,yang terkadang ketika ketika haus kami mampir sebentar untuk minum di ‘belik’,ada kolam cekung diantara tebing pegununga yang bersumber dari mata air asli,rasanya dingin. Suatu ketika pas hujan turun kami tetap pulang dari RA,tiba-tiba ditengah jalan,bahu mama kejatuhan buah kelapa yang matang.Sayalah yang menangis,mama tetap menganggap tidak terjadi apa-apa. Tetap mengajar keesokan harinya,tetap bersih-bersih rumah,tetap memasak. 

Sering sekali kutanya mama ‘mama,udahlah pindah saja. Mama mau dimana bisa diajukan. Mau di dinas Insya Allah bisa dengan pengalaman mengajar puluhan tahun,riwayat pelatihan,diklat,dan seminar yang tidak terhitung. Kalau mau mengajar mama juga udah ditawarin pindah di dekat rumah. Biar tidak capek ma.”

Jawab mama ‘nanti RA itu tidak ada yang ngurusin,mama sudah merintis dari awal,nanti tidak ada yang mau ditempatkan disana’. Memang pas dulu saya sekolah RA, bangunan itu belum memiliki bangunan tetap,masih ‘menumpang’ pada rumah pak kyai (salah satu sesepuh) disana,dengan bangku dan fasilitas seadanya. Hingga sekarang sudah punya bangunan tembok sendiri dan fasilitas seadanya,itu merupakan  hasil perjuangan mengajukan dana dari kementrian dan sumbangan PLAN (salah satu oraganisasi internasional).Semua itu kerjasama para perintis dan sesepuh yang ada disana.

Untuk murid-muridnya jangan dibayangkan seperti anak didik dikota. Bersyukur mereka bisa mau sekolah dan beli seragam.Kadang untuk membayar SPP saja nunggak meskipun hanya Rp 10 ribu/bulan.

Yang paling memberatakan mama untuk tidak mau pindah adalah disana tidak ada yang mengayomi,karena guru RA disana yang PNS selama ini Cuma mama da yang paling tua adalah mama. Pernah ada guru kontrak disana dapat PNS tapi sayangnya tidak ditempatkan disana. FYI guru kontrak/GTT (guru tidak tetap) disana tiap bulan tidak mendapat gaji,Cuma dapat uang pengganti ongkos Rp 25 ribu. CATAT Cuma 25 ribu. Dan beberapa tahun ini diajukan oleh mama menjadi HONDA (honorer daerah) dapat tunjangan sekitar 200 ribu,itupun gaji dibayar tiap 6 bulan sekali. Kalo bukan karena pengabdian tidak mungkin mereka  mau mengabdi demi pendidikan anak bangsa. Jangan heran pagi sampai jam 12 mereka mengajar,subuh sebelum berangkat kadang mereka dagang dipasar,terus sore sehabis mengajar mereka berkutat di ladang atau dihutan.

Mama mengatakan “mereka (guru honorer)saja masih semangat untuk mengajar,masa mama yang cukup gajinya sekarang ditambah sertifikasi mau pindah. Mungkin mama dapat sertifikasi juga karena doa mereka.Kalo tidak ada mama kasihan mereka tidk ada yang bantu mengajar”.

Semenjak itu saya tidak pernah menyarankan untuk pindah lagi. Biarlah doa anak dididk dan para penduduk disana bisa membantu meringankan hisab mama kelak,mungkin saja doa dari anak-anaknya tidak cukup “ampuh” untuk dikabulkan karena masih berselimut dosa.

Untuk mengurus rumah tangga dari kecil kita tidak terbisa dengan pembantu.Jadi semua dijalani sendiri.Sosok mama menjadi guru, istri,ibu yang mengajari anaknya semuanya sendiri. Oleh sebab itu kita didik untuk membantu mama entah itu urusan rumah,sampai ketika musim menanam disawah dan panen tiba. Pas adek saya kecil dan ditinggal mengajar Cuma dititipin sama budhe depan rumah. Nanti pas pulang mengajar adek diambil alih sama mama. Sampaii saya pindah kebandung pun ketika kangen sama mama,minta dipaketin makanan yang berasal dari masakan mama.

Mengenai peran mama sebagai istri jangan ditanya peretia apa beliau. Sampai saudaranya yang lain menjuluki mama “Mutiah”. Tidak perlu saya ceritakan seperti apa sosok mama sehingga dijuluki “Mutiah”,biarlah itu menjadi cerita indah dan teladan sepanjang hidup bagi kami dan saudara mama. Kalau penasaran silahkan cari di google sososk sahabat nabi yang beranma Mutiah itu.

Mama..

Saya menulis disini bukan berarti mengesampingkan peran seorang ayah. Atau membuat sedih anda yang kebetulan memiliki takdir mamanya telah tiada. Apapun itu seorang ibu tetaplah dirindukan oleh anaknya. Kita tidak bisa melupakan ibu,karena ditubuh kita terdapat bekas tali pusat, yang tidak bisa dihilangkan. Bahwa bekas tali pusat itu mengingatkan kita pernah tinggal dirahim seorang ibu,dan menghisap semua oksigen,makanan,dan aliran darah dari sosok perempuan yang kelak dipanggil ibu/mama/umi atupun bunda.

Mama...

Hanya doa cara kami memelukmu dari jauh dengan cinta...

No comments:

Post a Comment