Sunday, August 30, 2015

Matang Sebelum Waktunya

Matang Sebelum Waktunya
foto : forkom-jerman.org

Dulu ya ketika kuliah mendengar kata " menikah " rasanya semuanya indah. Membayangkan rasanya boncengan bareng, kemana mana berdua dan ehm..segalanya jadi halal.

Sampai terkompori dg membaca buku menikah dini, tapi suatu saat menghadiri kajian di fakultasku ustad tersebut materinya juga tentang pergaulan bebas.
Jangankan namanya pacaran mendekati zinapun kita dilarang.Setelah itu booming buku 'Nikmatnya pacaran sesudah perikahan' karya ustad Salim A Fillah.
Beliau setuju sekali dg materi yang di sampaikan dalam buku tersebut,tapi menikah ada beberapa modal yang harus disediakan.

Tidak seperti yang terjadi jaman sekarang, beberapa pernikahan yang terjadi karena hamil duluan.
Karena untuk menikah dan memainkan peran sebagai suami atau istri perlu beberapa bekal yang harus diketahui.Itu baru sebataa peran masing-masing belum lagi membangun sebuah bangunan yang bernama Rumah Tangga.

Ketika masih single mau kemana saja bisa,mau ikut majelis taklim kemanapun bahkan sampe larut malam asal aman tidak masalah. Ibadah harian misal tilawah dg ikut group ODOJ lancar jaya. Selain itu mau ngenet update jejaring sosial pun tidak pernah kuper dan selalu bisa menulis kata2 yg supeeerrr. Buku bacaan punya target seminggu selesai berapa buku termasuk novel sebulan bisa beli 10 novel

Ketika menikah?
Pulang kerja ingin cepat pulang krn ada si kecil yg menunggu, sampai rumahpun tidak akan tega pegang hape apalagi main jejaring sosial sedangkan dede sedang minta menyusu ataupun ada dalam gendongan. Sebisa mungkin menggunakan waktu sebaiknya menggunakan wakyu berdua dengan si kecil.
Ketika petang datang,sebisa mungkin menyusul untuk tidur karena tidur pun tidak lernah nyenyak karena bererapa jam pada malam hari dede kehausan atau kelaparan minta beberapa teguk ASI.

Mungkin kalo dirumah Alhamdulillah ada seseorang yg membantu mengasuh dan mengurus rumah tangga jadi emosi tidak meledak2 karena urusan rumah tangga yanh tidak ada habisnya.
Tidak terbayangkan ketika kerja pulang rumah belum beres harus jemput anak di day care, ketika malampun minta perhatian semuanya mengasah emosi dan kegesitan kita bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.
Tidak ada kata bisa berdandan, luluran , pulang kerja jalan jalan dulu ke mall yang ada urusan dapur,popok dan anak ( blm urusan suami hehheh).

Jadi para para jomblowan dan jomblowati silahkan bekali mental, agama dan finansial sebelum terjun ke dunia rumah tangga.
Saya sudah banyak melihat ketika seotang wanita terlalu dini untuk menikah entah itu dari segi usia dan pengetahuan,maka yg ada beban pikiran ketika usia semakin tua. Mungkin kata lain " pubernya telat" atau blm siap menghadapi peliknya rumah tangga jadi muncul berbagai banyak penyakit yang sebetulnya itu muncul krn beban pikirannya dia,jadi badan lebih ringkih dibandingkan usia.

Silahkan bagi jomblowan jomblowati nikmati masa kebebasan ntk hal yg positif,entah menuntut ilmu ataupun sekedar taddabur alam. Nikmati mencari bekal untuk dibawa dalam proses menikah.
tapi bukan berarti terlalu ideal mematok calon pasangan.
Karena kadang kenyataan tidak seindah mimpi apalagi hayalan.

Nanti ada saatny sang jomblowan jomblowati menikmati manisnya bercanda dg pasangan, atau terharunya melihat tumbuh kembang sang buah hati, dan mengolah emosi meredakan masalah yang datang.
Sebagai seorang ibu, wanita itu harus pintar dalam mendidik anak anaknya,tidak hanya pintar akademik tetapi juga akhlak.
Entah peran apapun yang disandang baik ibu rumah tangga ataupun yang bekerja, tanggung jawab terhadap keluarga itu tetap yang utama. 

No comments:

Post a Comment