“Dan Dialah yang telah
menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat
sedikitlah kamu bersyukur.” (Almuminuun:78)
Mungkin kita akan membela diri
bahwa wajar terkadang kita berkeluh kesah atas hidup ini. Tangis, airmata, luka
dan kepedihan, seringkali membutakan hati akan arti keindahan karunia Ilahi. Sejenak tengoklah teman kita yang terbaring
dirumah sakit.
Sekedar ilustrasi ketika berada dirumah sakit, hitung saja biaya peralatan yang
dipakai oleh kita. Misal bed pasien berkisar 150-200 juta, syring pump atau
infus pump sekitar 15-30 juta. Bedside monitor sekitar 50-100 juta, mesin
ventilator berkisar 500-1M, mesin hemodialisa sekitar 500-1M. Bukankah itu termasuk
barang mewah buatan manusia tapi kita mesti membayar ketika menggunakan barang
tersebut? Belum lagi oksigen yang kita hirup untuk membantu pernafasan kita,
padahal Allah menyediakan oksigen dialam tidak terhingga. Masihkan kita
mengeluh bahwa kita masih kekurangan?
Berapa
harga sebuah kornea yang kita punya, seberapa penting telinga yang kita miliki
untuk mendengar dan seberapa hebatnya jantung kita didenyutkan dengan
menghubungkan jutaan syaraf sehingga berfungsi sempurna. Kadang semua itu tertutup
oleh hal yang sepele. Kita terlalu sibuk dengan masalah kulit yang kurang
mulus, hidung yang kurang lancip, wajah yang berjerawat bahkan masalah dengan
ketiak yang berwarna hitam.
“Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS.Al Ma’arij : 19-21).
Pernahkah kau merasa tertakdir tak
seperti umumnya kehidupan orang lain. Tumbuh bukan dengan apa yang menjadi
keseharusan. Hingga tiada kau rasakan fajar berbinar menyambut hangat mentari
pagi, dan kau tak mampu bernyanyi bersama kicau burung yang bersenandung.
Kemudian senja yang harusnya dapat kau jadikan dermaga untuk menumpahkan rasa
namun kaurasa hambar, datar dan nanar. Mungkin kau akan menyebutku melankolis
kawan. Tak apa, karena aku hanya ingin berbagi denganmu. Ah kurasa hanya diri
kita sendiri yang benar-benar tau apa yang kita rasakan.
Namun ketika ketidakbersyukuran itu
datang, dan tanpa sadar menjelma menjadi kekufuran-kekufuran kecil, seringkali
pula tersempurnakan dengan ketidakikhlasan, dan ketidaksabaran. Syukur, Sabar dan Ikhlas. Tiga kata yang
indah, teramat indah. Hingga ingin rasanya ku azzamkan dalam kalbu terdalam.
Namun tak mudah, karena memang tiada pernah dapat terukur, dan karena itu
bukanlah pula teori semata. Bahkan hakekatnya saja seperti apa, hanya Dia, Al
Khabiir, yang Maha Mengetahui.
Setiap diri kita membawa takdirnya
masing-masing. Bahwa semestinya kita bersyukur atas apa yang tidak ada pada
diri kita, bukan hanya atas apa yang telah ada pada diri kita. Mudah untuk
mensyukuri kebaikan demi kebaikan dalam hidup ini. Bahagia, tawa dan
kegembiraan. Tapi seringkali tak mudah untuk bisa mensyukuri yang sebaliknya.
Cobaan demi cobaan. Tangis, air mata dan kepedihan. Tapi tidakkah kita dapat
merasakan, bahwa itulah wujud cinta dan kasih sayang Tuhan. Perlu waktu panjang
untuk belajar tegar, berdiri tegak, dan bertahan dalam sabar yang seringkali
memudar. Dan begitulah sifat dasar manusia. Bahwa manusia itu memang lemah dan
rapuh.
“Allah hendak memberikan
keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS.An Nisa : 28).
Namun betapa Allah teramat
mencintai kita melebihi diri kita sendiri. Memberi apa yang kita butuhkan,
bukan apa yang kita inginkan. Karena Dia tahu betul mana yang terbaik bagi
hambaNya. Dengan kesalahan Dia hendak menunjukkan mana yang benar. Dengan
kepedihan Dia hendak mengajarkan kebahagiaan. Dengan airmata Dia akan
menggantikan senyuman.
Dan kini dalam keyakinan bahwa
Allah akan mengganti dengan yang jauh lebih indah, jauh lebih baik dan jauh
lebih berharga. Bahwa Dia Al ‘Adl, Maha Adil, dan janjiNya adalah benar. Semoga
Allah berkenan menjadikan kita orang-orang yang tidak melampaui batas. Hingga
tidak berlebihan ketika bahagia, juga tidak berlebihan ketika sedih. Karena
semuanya akan berlalu. Maka seharusnyalah, kita jalani semuanya dengan senyum
tertulus, doa terikhlas, sikap terbaik dan langkah terindah.
No comments:
Post a Comment