Friday, October 16, 2015

Analisa Jurnal Sindrom Koroner Akut (Acute Coronary Sindrom)

Sindrom koroner akut (Acute Coronary Sindrom) adalah suatu kondisi dimana pasien mengalami infark miokardial secar tiba-tiba atau angina tidak stabil Unstable Angina pectoris =UAP). Pada Acute myocardial infarction mauapun UAP terjadi penurunan suplai darah ke otot jantung sehingga kebutuhan oksigen tidak memadai, yang menjadi pencetus adanya ischemia. Tahun 2006, diperkirakan 733.000 pasien yang berobat di RS Amerika Serikat terdiagnosa utama ACS. Ketika survey diagnosii juga berdasarkan diagnosA sekunder, angka ini meningkat mencapai 1.365.000 dan akan terus meningkat seiring dengan buruknya gaya hidup.

Pasien dengan ACS harus dipantau untuk keberlanjutan kejadian ischemia miokard ataupun kejadian baru. Meskipun ischemia miokard sering disertai dengan gejala, seperti nyeri dada atau sesak nafas. Beberapa pasien , terutama mereka dengan diabetes, tidak mengalami gejala ACS yang khas. Iskhemia dimanifestasikan pada perekaman EKG berupa perubahan segmen ST (ST elevasi maupun ST depresi). Perubahan ST segment dicatat pada EKG 12 lead. EKG biasanya direkam setiap hari dan setiap kali pasein melaporkan gejala sugestif dari ACS. Meskipun EKG 12 lead adalah standar untuk mendeteksi ischemia miokard, hal tersebut memberikan gambaran yang statis bukan perubahan secara dinamis yang biasa digunakan untuk pemantauan/ monitoring ischemia secara berkelanjutan . Karena ischemia terjadi secara diam-diam maka episodenya bisa terlewatkan. Oleh karena itu AHA dan American Association of Critical care membuat standar praktek dalam memonitoring EKG dan merekomendasikn untuk melakukan monitoring EKG secara berkelanjutan. Tujuan monitoring ST-Segmen secara berkelanjutan adalah untuk memberi peringatan resiko potensial terjadinya ischemia.

Sangkachand, P., Brenda, S., Marjorie, F (2011) melakukan penelitian terkait software untuk ST-map yang ditambahkan pada bedside monitor pasien.

  1. Latar belakang

    Pemantauan ischemia secara terus menerus akan membantu perawat dalam mengidentifikasi kejadian ischemia miokard akut yang terjadi secara tiba-tiba. Bukti menunjukkan bahwa perawat sering tidak melakukan pemantauan ischemia karena merasa sulit untuk melakukannya. Software ST-Map ini menggabungkan tampilan grafik untuk membantu pemantauan ischemia lebih mudah.
     
  2. Tujuan

    Untuk mengetahui apakah penggunaan ST-map ini akan meningkatkan sikap perawat dan kualitas perawatan terhadap pasien melalui pemantauan ischemia.
     
  3. Metoda

    Penelitian ini melibatkan 61 perawat dan 202 pasien dengan acute Coronary Syndrom (ACS) di unit perawatan jantung intensif. Data dasar dikumpulkan mengenai sikap dan kualitas pelayanan perawat terkait ischemia. Kemudian perawat diberikan pengetahuan tentang software ST-map yang sudah di install disemua bedside monitor pasien. Evaluasi dilakukan 4 bulan kemudian.
     
  4. Hasil

    Presentase perawat yang melakukan pemantauan ischemia sebelum adanya ST map adalah 135 dan setelahnya 90% (P<0.001). Alasan paling umum untuk tidak menggunakan pemantauan ischemia sebelum ST-Map adalah karena pengetahuan yang tidak memadai (62%) hal ini merupakan alasan paling umum untuk menyukai pemantauan iskemia. Setelah ST-map terpasang hasilnya adalah diketahuinya kapan pasien mengalami ischemia (80%). Kemudian waktu untuk akusisi 12 lead EKG adalam menanggapi gejala atau perubahan ST Segment adalah 5 samapi 15 menit sebelum ST map berubah dan >5 menit sesudah terjadinya perubahan (P<0,001). Waktu untuk kembali ke laboratorium tidak berebda sebelum dan sesudah ST-map.
     
  5. Kesimpulan

    ST-map dihubungkan dengan peningkatan monitoring ischemia, sikap perawat terhadap pemantauan iskemia dan waktu yang lebih singkat untuk memperoleh EKG 12 lead.

Analis : Ifa Hafifa

Judul jurnal “Continuous ST-Segment Monitoring : Nurses’ Attitudes, practices and Quality of patient care” diambil dari the American journal of critical care, May 2011, Volume 20, No 3

No comments:

Post a Comment