Tuesday, October 20, 2015

Intoksikasi Alkohol

Minuman beralkohol biasa dikenal sebagai minuman keras, sehingga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Angka kematian akibat alkohol dilaporkan secara sporadis dimedia masa. Keracunan alkohol didalam tubuh bisa karena disengaja misal usaha bunuh diri atau tidak sengaja karena tidak tahu bahwa alkohol terdiri dari beberapa jenis. Alkohol  bisa berupa ethyl alkohol (ethanol), propyl alkohol (isopropanol), ethylene glycol dan methyl alcohol methanol. Dua jenis terakhir ini disebut alkohol beracun sebab lebih cepat mematikan daripada yang lain.

KASUS

Seorang pria berusia 25 tahun dibawa kerumah sakit dengan penurunan kesadaran. Dilaporkan kurang lebih 20 jam sebelumnya. Keadaan pasien pada waktu di UGD pernafasan cepat, nafas tidak berbau dan saturasi 98% dengan oksigen 15 liter permenit dengan dibantu NRM, ronchi pada kedua lapangan paru : TD 92/45 mmHg, HR: 109 x/mnt suhu 38,5, keadaan koma, pupil 4/4 mm, reflex cahaya +/+. Abdomen supel, bising usus normal, reflex balbinski negative. Tidak ada jejas atau cidera dikepala dan ditempat lain. Tidak ada kejang.

Hasil pemeriksaan darah Hb: 18,1 gr/dl, leukosit 26100/mm; Hmt 56%, trombosit 393.000. Hasil AGD. PH: 6,950 :PCO2 17: PO2 139,1: HCO3 3,8: saO2 97%, pemeriksaan GDS adalah 192, ureum 42, kreatinin : 2,2 mg/dl. Na:145, K:7,0, Cl: 101, SGOT 19: SGPT 14. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan gelombang masih sinus, tidak didapatkan pelebaran komplek QRS, didapatkan peninggian T. Tindakan yang dilakukan di UGD mempertahankan jalan nafas dengan intubsai trachea dan pemberian ventilasi mekanik, memperbaiki sirkulasi dengan infus ringer asetat 500ml dan natrium bicarbonate 150 meq selama 1,5 jam. Tiga jam kemudian diperiksa analisa gas darah  PH 7,05. PO2: 162, PCO2 18,9, BE: -23,6 SaO 98% dan pasien dipindahkan di ICU. Di intensive care pasien diberikan bantuan ventilasi mekanik dengan pola pressure synchronize. Untuk bantuan terapi antibiotika dilakukan culture.

Pada hari pertama sekresi trachea banyak, kental dan purulent, suhu 37-39 laju nafas 22-23x/mnt. Ronchi pada kedua lapang paru tekanan darah normal. Selama 7 jam pertama terjadi peningkatan TD sistolik 100-130 mmhg dan diastolik 60-80 mmhg dan kesadarannya masih sopor.

Penatalaksanaan Pada Pasien

  1. Mengatasi gagal nafas, intubasi trachea dan bantuan ventilasi mekanik, pressure synchronize dengan diharapkan TV 500-600cc. Dipilih mode ini selain memberikan bantuan nafas diharapkan pasien dapan mengkompensasi sejumlah perubahan asam dana basa yang terjadi. Mula-mula HC03 :3,8 dan pada hari ke tiga, HCO3 sudah meningkat sampai 20 dan terjadi alkalosis respiratorik. Setelah itu bantuan nafas diturunkan bertahap sampai terjadi keseimbangan PH. Perbaikan oksigenasi tampak pada hari kedua ratio Pa02/fiO2 sudah diatas 300 dan pada hari selanjutnya P/F semakin meningkat.
  2. Mengatasi infeksi paru, dengan antibiotik pada pemeriksaan sekresi trachea ditemukan bakteri gram negative batang positif, tidak tumbuh jamur, hasil kultue keluar pada hari ke 5: Acinetobacter baumani yng sensitive dengan cefepime. Suhu tidak febris mulai hari k-3 dan sekresi trachea mulai jernih hari ke 4
  3. Memperbaiki hidrasi dan keseimbangan elektrolit. Pada waktu masuk ICU pasien mengalami dehidrasi dan gangguan elektrolit berupa hiperkalemi dan hipernatremi, oleh karena itu cairan benar-benar diperhitungkan. Obat-obat vasopessor dan inotropic tidak diperlukan Pada pemeriksaan EKG didapatkan peninggian gelombang T, tetapi tidak ditemukan perubahan EKG yang membahayakan seperti pelebaran kompleks QRS, pola gelombang sinus. Hal ini disebabkan asidosis metabolic berat. Bersamaan dengan perbaikan asam basa dan dengan pembatasan asupan kalium, kadar kalium dapat turun . Pada hari ke 2 dan ke 3 kadar kalium rendah karena cairan yang diberikan tanpa kalium ditambah terjadi alkalosis respiratorik. Namun hal ini dapat dikoreksi.
  4. Mengatasi asidosis metabolic dengan target PH>7,2
    • Memperbaiki perfusi dengan meningkatkan MAP> 65 mmHg
    • Bantuan ventilasi pemberian bikarbonat
    • Menghentikan proses pembentukan metabolit beracun dan bersifat asam dengan menggunakan etanol 5% 125ml/jam selama 96 jam
    • Menjaga diuresis urine>2 ml/kgBB untuk memastikan perfusi ginjal baik dan klirens senyawa toksis
    • Hemodialisa belum dilakukan karena respons terhadap tindakan diatas cukup baik

Penulis : Albertus Sugeng Wibisono
ICU RS Mitra Kemayoran-Jakarta

No comments:

Post a Comment